Thursday, 14 May 2020

laporan biologi laut


LAPORAN PRAKTIKUM BILOGI LAUT

EKOSISTEM MANGROVE LAMUN dan TERUMBU KARANG

Disusun Oleh :
                                             Nama                  :
                                             NPM                 
                                             Kelompok          : VI (Enam)
                                             Dosen                 : 1. 
                                                                          2. 
                                                                          3.
                                             Co.Ass               : 1. 
                                                                          2.
                                                                          3.
                                                                          4.

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
  Biologi laut merupakan ilmu pengetahuan tentang kehidupan biota laut, berkembang begitu cepat untuk mengungkap rahasia kehidupan berbagai jenis biota laut yang jumlah jenisnya luar biasa besarnya dan keanekaragaman jenisnya luar biasa tingginya. Tingginya keanekaragaman jenis biota di laut barangkali hanya dapat ditandingi oleh keanekaragaman jenis biota di hutan hujan tropik di darat.Lautan di dunia merupakan kesatuan ekosistem dimana serangkaian komunitas dapat mempengaruhi faktor-faktor fisik dan kimia air laut di sekelilingnya.
  Laut seperti halnya daratan dihuni oleh biota, yakni tumbuhan-tumbuhan hewan dan mikroorganisme hidup. Biota Laut menghuni hampir semua bagian laut, mulai dari pantai permukaan laut sampai dasar laut yang terjeluk sekalipun. Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia.
   Pemanfaatan biota laut yang makin hari makin meningkat dibarengi oleh kemajuan pengetahuan tentang kehidupan biota laut yang tertampung dalam ilmu pengetahuan alam laut yang dinamakan biologi laut (marine biology).Pengetahuan atas masing-masing spesies perlu dikuasai untuk dapat mempermudah dalam pengidentifikasian. Selain pengetahuan akan berbagai biota, disamping itu juga perlu pemahaman akan dunia dan pola perkembangan dari biota-biota laut.
Wilayah kepulauan Indonesia sebagian besar terdiri dari wilayah kepulauan. Wilayah kepulauan terdiri dari wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti penting dan strategis karena merupakan wilayah interaksi atau peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut yang memiliki sifat unik, dan mengandung produksi biologi yang cukup besar serta jasa lingkungannya.  
  Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum lapangan di Pulau Enggano Desa Kahyapu Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu.Untuk dapat mengamati secara langsung biota yang berasosiasi pada ekosistem mangrove dan lamun.

1.2  Tujuan
Di akhir praktikum diharapkan mahasiswa mampu melakukan identifikasi terhadap biota laut yang ditemukan, mengetahui karakteristik tempat hidup,asosiasi, bentuk-bentuk dan prospek pemanfaatan dari biota yang ditemukan di lapang.

 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mangrove
 Ekosistem mangrove (bakau) adalah ekosistem yang berada di daerah tepi pantai yangdipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga lantainya selalu tergenang air. Ekosistem mangrove berada diantara level pasang naik tertinggi sampai level di sekitar atau di atas permukaan laut rata-rata pada daerah pantai yang terlindungidan menjadi pendukung berbagai jasa ekosistem di sepanjang garis pantai di kawasan tropis (Donato, 2015).
  Manfaat ekosistem mangrove yang berhubungan dengan fungsi fisik adalah sebagai mitigasi bencana seperti peredam gelombang dan angin badai bagi daerah yang ada di belakangnya,pelindung pantai dari abrasi, gelombang air pasang(rob), tsunami, penahan lumpur dan perangkapsedimen yang diangkut oleh aliran air permukaan,pencegah intrusi air laut ke daratan, serta dapatmenjadi penetralisir pencemaran perairan pada batas tertentu.Manfaat lain  dari  ekosistem  mangrove  ini  adalah  sebagai obyek daya tarik wisata alam dan atraksi ekowisatadan sebagai  sumber  tanaman  obat  (Supriyanto,2014).
  Ekosistem mangrove berfungsi sebagai habitat berbagai jenis satwa. Ekosistem mangrove berperan penting dalam pengembangan perikanan pantai; karena merupakan tempat berkembang biak, memijah, dan membesarkan anak bagi beberapa jenis ikan,kerang, kepiting, dan udang .Jenis plankton di perairan mangrove lebih banyak dibandingkan di perairan terbuka (Qiptiyah, dkk, 2016).
  Hutan mangrove menyediakan perlindungan dan makanan berupa bahan organik ke dalam rantai makan (Hogarth,2001). Bagian kanopi mangrove pun merupakan habitat untuk berbagai jenis hewan darat, seperti monyet, serangga, burung, dan kelelawar. Kayu pohon mangrove dapat digunakan sebagai kayu bakar, bahan pembuatan arang kayu, bahan bagunan, dan bahan baku bubur kertas. Manfaat nilai guna langsung hutan mangrove sebesar Rp. 11,61 juta/ha/th (Saprudin dan Halidah, 2015).
  Tegakan mangrove, melalui proses fotosintesis   menyerap   karbon   dioksida   dari atmosfer  yang  diubahnya  menjadi  karbon  organik dalam bentuk biomassa. Pelestarian hutan  mangrove  sangat  penting  dilakukan  dalam mitigasi  perubahan  iklim  global karena  tumbuhan  mangrove  menyerap  karbon dioksida dan mengubahnya menjadi karbon organik yang  disimpan  dalam biomassa tubuhnya,  seperti akar, batang, daun, dan bagian lainnya (Hairiah dan Rahayu, 2016). 

2.2 Biota Mangrove
 Pada wilayah   ini   terdapat   beberapa   ekosistem yang  unik  dan  saling  terkait,  dinamis  dan produktif.Secara   ekologi   mangrove   juga memilikifungsiyakni sebagaidaerah asuhan, mencari makan dan pemijahan bagi biota khususnya moluska,krustaseadanikanyang   berasosiasi dengan mangrove).Moluskasangat banyak ditemukan padadaerah mangrove di Indonesia   (Noor dkk.2016).
 Pada  ekosistem  mangrove terdapat fauna  yang merupakan  perpaduan antara   fauna   ekosistem   terestrial,   peralihan   dan perairan.   Fauna   terestrial kebanyakan  hidup  di  pohon  mangrove  sedangkan  fauna  peralihan hidupnya menempati  daerah  dengan  substrat  yang  keras  (tanah)  atau  akar  mangrove maupun  pada  substrat  yang  lunak  (lumpur). Faunaini  antara  lain  adalah  jenis kepiting mangrove, kerang-kerangan dan golongan invertebrata lainnya.Faunaperairanberadadalam  kolom  air  laut  seperti  macam-macam  ikan  dan  udang (Kustanti, 2015).
 Selain itu, ekosistem mangrove berfungsi sebagai habitat berbagai jenis biota, diantaranya biota penempel pada pohon, membenamkan diri dan biota yang merangkak didasar perairan. Kesemua biota ini termasuk kedalam kelompok makrozoobenthos.Keanekaragaman makrozoobenthos dapat meningkat dengan kelimpahan yang meningkat seiring dengan bertambahnya umur spesies mangrove yang direhabilitasi (Onrizalet al., 2017).
 Gastropoda adalah kelompok hewan invertebrata yang bercangkang dan memiliki sifat utama yaitu memanfaatkan kakinya untuk berjalan. Gastropoda adalah kelompok hewan dari filum moluska yang dapat hidup pada jenis substrat dari yang kasar sampai halus. Pesebaran hewan ini hampir di seluruh pantai di Indo-pesisir dan hidup sebagai hewan makrozoobhentos yang hidup di permukaan substrat dan didalam substrat (infauna) (suwignyo, 2015).
 Siput dan kerang termasuk kedalam kelas Gastropoda dan Bivalvia dari filum Molusca.Kelompok ini termasuk hewan bertubuh lunak, yang dilindungi oleh mantel.Kelompok Bivalvia biasanya berbentuk simetri bi-lateral dan mempunyai cangkang se-tangkup dan mantel. Bentuk cangkangnya digunakan untuk identifikasi. Lebih lanjut di sampaikan pula bahwa Bivalvia mempunyai tiga cara hidup yakni membuat lubang pada substrat, melekat langsung pada substrat dengan semen dan melekat pada substrat dengan bahan benang (bysus). Selain itu, kelas Bivalvia juga disebut kelas Lamellibranchiataatau Telecypo-dayang didasari atas tipe insang dan bentuk kaki. Kelompok Gastropoda merupakan hewan bercangkang satu dan bergerak menggunakan kaki perut. Hewan ini memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi dari kelompok Mollusca dan diikuti oleh kelompok Bivalvia (Nurdin, 2016).
 Keanekaragaman spesies biota ini telah lama dieksploitasi sebagai sumber makanan dan hiasan. Kelompok kerang secara umumnya dipanen untuk kebutuhan protein dan komersial. Sekarang, cangkang kerang telah digunakan sebagai bahan campuran alami untuk menghasilkan semen dan kapur. Daging kerang telah digunakan sebagai suplemen protein untuk budi-daya udang-udangan dan makanan bururng. Beberapa jenis kerang laut seperti family Cardiidaedan Spondylidaetelah lama digunakan sebagai bahan campuran beberapa jenis kosmetik. Kelompok Gastropoda juga banyak digunakan sebagai sumber protein dan cangkangnya juga ada yang bernilai jual yang sangat tinggi.Hutan mangrove merupakan habitat makhluk hidup khususnya yang hidup di sekitar daerah genangan air yang berada di bawah tegakan mangrove (Endang Hilmi dkk, 2017).
 Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang memberikan kontribusi besar terhadap ketersediaan detritus organik, yang berperan penting sebagai sumber energi biota yang hidup di perairan sekitarnya.Salah satu biota yang menghuni hutan mangrove adalah Gastropoda. Gastropoda merupakan kelas terbesar dari filum Moluska.Gastropoda memiliki penyebaran yang sangat luas luas, mulai dari wilayah pasang surut sampai kedalaman 8200 m (Nybakken, 2016)

2.3 Lamun
 Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal. Semua lamun adalah tumbuhan berbiji satu (monokotil) yang mempunyai akar, rimpang (rhizoma),daun, bunga dan buah seperti halnya dengan tumbuhan berpembuluh yang tumbuh di darat. Lamun senantiasa membentuk hamparan permadani di laut yang dapat terdiri dari satu species (monospesific; banyak terdapat di daerah temperate) atau lebih dari satu species (multispecific; banyak terdapat di daerah tropis) yang selanjutnya disebut padang lamun(Tomlinson, 2013).
 Ekosistem padang lamun merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat panting bagi perairan wilayah pesisir. Secara taksonomi lamun (seagrass) termasuk dalam kelompok Angiospermae yang hidupnya terbatas di lingkungan laut yang umumnya hidup di perairan dangkal wilayah pesisir. Distribusi lamun sangatlah luas, dari daerah perairan dangkal Selandia baru sampai ke Afrika. Dari 12 genera yang telah dikenal, 7 genera diantaranya berada dan tersebar di wilayah tropis. Diversitas tertinggi ialah di daerah Indo Pasifik Barat. Komunitas lamun diwilayah ini mempunyai diversitas yang lebih kompleks dibanding yang berada didaerah sedang (Poiner & Robert., 2015).
 McRoy & Hefferich (2014) menyatakan bahwa, padang lamun didaerah tropis merupakan ekosistem alamyang paling produktif. Data yang pernah diperoleh, produktifitasnya bisa sampai1.300 sampai dengan 3000 gr berat kering /m2/ tahun. Selain produktifitasnya yang tinggi, lamun juga mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi.
  Lamun hidup dan terdapat pada daerah mid-intertidal sampai kedalaman 0,5-10 m, dan sangat melimpah di daerah sublitoral. Jumlah spesies lebih banyak terdapat di daerah tropik dari pada di daerah ugahari (Barber, 2014).
  Enhalus acoroides dominan hidup pada substrat dasar berpasir dan pasir sedikit berlumpur dan kadang-kadang terdapat pada dasar yang terdiri atas campuran pecahan karang yang telah mati. Padang lamun di Indonesia telah mengalami penyusutan luasan sebesar30-40% dari keseluruhan lamun yang tersebar di Indonesia. Berdasarkan data tersebut sebagian besar kerusakan padang lamun diakibatkan oleh aktifitas manusia secara langsung .Lamun merupakan salah satu sumber daya pesisir Indonesia yang bernilai ekologis dan ekonomis. Padang lamun tergolong dalam ekosistem laut yang paling produktif dan mempunyai peran penting dalam dinamika nutrien pesisir. Selain itu padang lamun juga berhubungan dengan perolehan perikanan lokal, dan ekosistem tetangganya, seperti terumbu karang (Goltenboth et al. 2012).

2.4 Biota Lamun
Fungsi ekologis padang lamun diantaranya adalah sebagai daerah asuhan, daerah pemijahan, daerah mencari makan, dan daerah untuk mencari perlindungan berbagai jenis biota laut seperti ikan, krustasea, moluska, echinodermata, dan sebagainya. tumbuhan lamun itu sendiri merupakan makanan penting dugong (Dugong dugon) dan penyu hijaudan bertindak sebagai jebakan sedimen dan nutrien. Banyak di antara hewan laut yang memiliki nilai penting secara komersil dan rekreasi, pada stadia tertentu dalam siklus hidupnya sangat bergantung pada keberadaan ekosistem pa-dang lamun. Di daerah Queensland bagian utara, padang lamun menunjang juvenil udang pe-naeid yang bernilai ekonomis penting (Coles et al.,2013).
Padang lamun merupakan sumber daya laut yang cukup potensial untuk dimanfaatkan, dan secara ekologi, padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir. Banyak organisme yang secara ekologis dan biologis sangat tergantung padakeberadaan lamun. Ekosistem tersebut merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme oleh sebab itu banyak biota laut yang memanfaatkannya sebagai tempat memijah (Dorenbosch et al., 2016). Kepiting dan udang yang termasuk kelas Krustasea diketahui berasosiasi dengan baik terhadap ekosisitem lamun. Selain sebagai salah satu komponen yang penting dalam rantai makanan, beberapa jenis krustasea juga merupakan hewan yang bernilai ekonomis tinggi karena dagingnya merupakan makanan yang lezat, seperti beberapa jenis udang dan kepiting dari suku Penaeidae (udang niaga), Portunidae (rajungan dan kepiting bakau), Syllaridae (udang pasir dan udang kipas), Palinuridae (udang karang atau lobster) dan Stomatopoda (udang ronggeng atau udang mantis)(Kenyon et al., 2014).
  Komunitas hewan termasuk krustasea mempergunakan padang lamun sebagai habitatnya, tempat memijah dan mencari makan. Komunitas hewan tersebut membentuk 4 (empat) kategori struktur dan cara hidup dipadang lamun,yaitu : 1. komunitas biota yang hidup pada daun hijau (segar) lamun (epifit, mikro-meiofauna); 2. komunitas biota yang menempel pada rimpang (rhizome) lamun (polikhaeta, krustasea, moluska, ekhinodermata); 3. komunitas biota yang bergerak/berenang di bawahdaun lamun (ikandancumi); dan 4. komunitas biota yang hidup dalam sedimen (bivalvia, polikhaeta). Lebih lanjut KIKUCHI (1974) juga mengatakan bahwa ada 2 (dua) peranan padang lamun bagi komunitas biota konsumer, yaitu 1. padang lamun sebagai habitat (niche) dari komunitas biota dan 2. padang lamun sebagai sumber makanan biota  (KIKUCH1 &PERES 2016).
Krustasea termasuk salah satu biota konsumen dipadang lamun. Beberapaamphipoda, isopoda dan tanaidacea memakan detritus danrimpanglamun. Di samping itu beberapa dekapoda memakandaun lamun, dan beberapa kepiting dengan ukuran besar memakan moluska, polikhaeta danalgae yang menempel pada serasah lamun. Pada saat yang sama, beberapa ikan memakan udang dan kepiting kecil. Hal ini dapat dikatakan bahwa krusatasea berperan dalam rantai makanan (food chains)di laut (HATANAKA & IIZUKA, 2014).
Kelompok krustasea yang menghuni padang lamun terdiri dari berbagai taksa terutama Amphipoda, Decapoda dan Stomatopoda. Amphipoda, dari suku Gammaridae, adalah krustasea pemakan detritus dan busukan organik termasukdaun dan bagian lain dari lamun. Decapoda yang diwakili oleh berbagai jenis udang(Macrura), kepiting (Brachyura) dan kumang (Anomura) pada umumnya adalah binatang pemakan segala (omnivora) dengankecenderungan ke arah pemakan daging (karnivora). Stomatopoda merupakan pemangsa (predator) yang bergerak aktif mencari mangsa tapi merupakan karnivora yang menunggu mangsanyauntuk diterkam. Krustasea mendiami berbagai substrat dipadang lamun. Amphipoda pada umumnya mendiami substrat dasar yang ditumbuhi oleh lamun atau algae bentik (BARNARD,2015).

 BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin dan SelasaTanggal 8-9 April 2019 pada pukul 14.00-  16.00 WIB yang bertempat di Desa Kahyapu Kecamatan Enggano Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
- Transek kuadrat 1 x 1 m                        - Buku identifikasi terumbu karang
- Saringan                                                 - Kamera under water
- Tali Plastik 20 meter                              - Fiber
- Plastic untuk tempat contoh biota         - Karton hitam
- Botol aqua kosong                                 -Alat dasar selam
- Botol sample                                          - Pensil dan spidol permanen             
- Ember 10 L                                            - Karton hitam
- Buku identifikasi lamun                        -Penggaris
- Buku identifikasi mangrove                  -Alat tulis
3.2.2 Bahan
-        Alcohol 70% atau formalin
-        Aquades 80%

3.3 Langkah Kerja
3.3.1 Mangrove
1.      Menuju lokasi yang telah ditetapkan untuk meneliti jenis mangrove.
2.      Mengambil gambar jenis mangrove dari daun, bunga, dan akar dengan menggunakan kamera.
3.      Mengambil sampel mangrove yang ada dan meletakkannya didalam kantung plastik yang telah disediakan.
4.      Mengambil sampel biota yang berasosiasi di ekosistem mangrove yang ada.
5.      Membawa sampel untuk diidentifikasi.
6.      Menyiapkan kertas karton hitam dan penggaris untuk mengukur ukuran dari jenis mangrove yang ada.
7.      Mengukur tiap jenis biotanya yang ada.
8.      Mengambil gambar dari hasil pengukuran tersebut.
9.      Mengawetkan biota yang berasosiasi pada ekosistem mangrove yang ada dengan ketentuan alkohol sebanyak 70%. Hal ini dikarenakan agar awetan bisa bertahan lama, tidak mudah hancur, dan menghilangkan bakteri yang ada.
10.  Mengawetkan awetan kering pada jenis mangrove yang ada.

   3.3.2 Lamun
1.      Menuju lokasi yang telah ditetapkan untuk meneliti jenis lamun.
2.      Mengambil gambar jenis lamun dengan menggunakan kamera.
3.      Mengambil sampel lamun yang ada dan meletakkannya didalam kantung plastik yang telah disediakan.
4.      Mengambil sampel biota yang berasosiasi di ekosistem lamun yang ada.
5.      Membawa sampel untuk diidentifikasi.
6.      Menyiapkan kertas karton hitam dan penggaris untuk mengukur ukuran dari jenis lamun yang ada.
7.      Mengukur tiap jenis biotanya yang ada.
8.      Mengambil gambar dari hasil pengukuran tersebut.
9.      Mengawetkan biota yang berasosiasi pada ekosistem lamun yang ada dengan ketentuan alkohol sebanyak 70%. Hal ini dikarenakan agar awetan bisa bertahan lama, tidak mudah hancur, dan menghilangkan bakteri yang ada.
10.  Mengawetkan awetan kering pada jenis mangrove yang ada.

 BAB IV
4.1.1Mangrove
                Gambar 4.1Mangrove avicennia abba
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190421-WA0028.jpg
Daun mangrove
Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190421-WA0025.jpg
                      Batang mangrove


Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190421-WA0022.jpg
Substrat mangrove
Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190421-WA0019.jpg
Akar mangrove


Kingdom : Plantae
Divisi      : Magnoliophyta
Kelas       : Magnoliopsida
Ordo        : Lamiales
Famili      : Acanthaceae
Genus      : Avicennia
Spesies    : Avicennia abba







           
               

 Jenis keong
Gambar
Klasifikasi
Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190421-WA0024.jpg



Kingdom : Animalia
Divisi      : Molusca
Kelas       : Gastropoda
Ordo        : Vetigastropoda
Famili      : Trochoidae
Genus      : Gibbula
Spesies    : Gibbula divaricata
           
Jenis kerang
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\user\Documents\IMG_20180429_163414.jpg
Anadara pilula


Kingdom : Animalia
Divisi      : Molluska
Kelas       : Bivalvia
Ordo        : Pteriomorpha
Famili      : Arcidae
Genus      : Anadara
Spesies    : Anadara
(Cunearca)
   Pilula



















Gambar 4.2Jenis udang
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190421-WA0020.jpg


Kingdom : Animalia
Divisi      : Arthropoda
Kelas       : Malacostraca
Ordo        : Decapoda
Famili      : Sergestidae
Genus      : Acetes
Spesies    : Acetes indicus


Gambar 4.3 kepiting
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190424-WA0041.jpg


Kingdom : Animalia
Divisi       : Arthropoda
Kelas        : Malacostraca
Ordo         : Decapoda
Famili       : Portunidae
Genus       : Scylla
Spesies     : Scylla serrate




4.1.2 Lamun
Gambar 4.4 Jenis Lamun Enhalus acoroides
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\user\Documents\IMG_20180428_162602.jpg


Kingdom : Plantae
Divisi      : Anthophyta
Kelas       : Angiospermae
Ordo        : Helobiae
Famili      : Hydrocharitaceae
Genus      : Enhalus
Spesies    :  Enhalus
acoroides


Gambar 4.5  Jenis Lamun Syringodium isoetifolium
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190424-WA0025.jpg
Syringodium isoetifolium


Kingdom : Plantae
Divisi       : Anthophyta
Kelas        : Angiospermae
Ordo         : Helobiae
Famili       : Cymodoceae
Genus       : Syringodium
Spesies     :  Syringodium   
                    Isotefifolium


Gambar 4.6 Substrat Lamun
Gambar
Keterangan

Description: Description: Hasil gambar untuk gambar substrat lamun
Substrat Lamun


Ini merupakan substrat yang berpasir.
                        Gambar 4.7 Jenis Sponge
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190424-WA0014.jpg


Kingdom : Animalia
Divisi      : Porifera
Kelas       : Demospongia
Ordo        : Asconasa
Famili      : Ascanosae
Genus      : Spongia
Spesies    : Spongia officinalis
Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190424-WA0047.jpg

Kingdom : Animalia
Divisi      : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo        : Menaxonida
Famili      : Monokondidacea
Genus      : Chalina
Spesies    : Chalina
Oculata
Gambar 4.8  Jenis Ikan
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190424-WA0045.jpg

Kingdom : Animalia
Divisi      : Chordata
Kelas       : Actinopterygii
Ordo        : Perciformes
Famili      : Goblidae
Genus      : Periothalamus
Spesies    : Periothalamus
modemus


Gambar 4.9Jenis ikan kerapu
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190424-WA0027.jpg


Kingdom : Animalia
Divisi       : Percimorfes
Kelas        : Chondrychtyes
Ordo         : Percomorphi
Famili       : Serranidae
Genus       : Epinepheleus
Spesies     : Epinepheleus fuscoguttauss




Gambar 4.10 Jenis ikan buntal
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190424-WA0046.jpg


Kingdom : Animalia
Divisi      : Chordata
Kelas       : Actinopterygii
Ordo        : Tetraodontiformes
Famili      : Tetraodontidae
Genus      : Arothron
Spesies    : Arothron meleagris


                        Gambar 4.11 Jenis ikan cucut
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190424-WA0038.jpg


Kingdom : Animalia
Divisi       : Chordata
Kelas        : Chondrichthyes
Ordo         : Orectolobiformes
Famili       : Stegostomatidae
Genus       : Stegostoma
Spesies     : Stegostoma fasciatum






Gambar 4.12 Jenis kerang bulu
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190424-WA0043.jpg
Gambar                            

Kingdom : Animalia
Divisi      : Molusca
Kelas       : Bivalvia
Ordo        : Taxodanta
Famili      : Orcidae
Genus      : Anadara
Spesies    : Anadara antiquate
Klasifikasi                                           

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190424-WA0042.jpg

Kingdom : Animalia
Divisi      : Molusca
Kelas : Scapophoda
Ordo        : Dentaliida
Famili      : Dentaliidae
Genus      : Dentalium
Spesies    : Dentalium vulgare

Gambar 4.13Jenis jenis keong
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190424-WA0002.jpg


Kingdom : Animalia
Divisi      : Molluska
Kelas       : Gastropoda
Ordo        : Neogastropoda
Famili      : Muricidae
Genus       : Hexaplex
Spesies     : Hexaplex truncus

Gambar 4.14Jenis teripang
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190424-WA0004.jpg


Kingdom : Animalia
Divisi       : Echinodermata
Kelas        : Holothuroidae
Ordo         :Aspidochirotida
Famili       :Holothuridae
Genus       : Holothuria
Spesies     : Holothuria edulis




Gambar 4.15 Jenis ganggan
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190424-WA0005.jpg



Kingdom : Protista
Divisi       : Heterokonthophyta
Kelas        : Phaeophyceae
Ordo         : Fucales
Famili       : Fucaceae
Genus       : Fucus
Spesies     : Vesiculosus


Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190424-WA0044.jpg


Kingdom : Protista
Divisi       : Chrysophyta
Kelas        : Xanthophyceae
Ordo         : Heteroshiphonales
Famili       : Vaucheriaceae
Genus       : Vaucheria
Spesies     : Vaucheria sessilis

Gambar 4.16 Jenis bintang laut
Gambar
Klasifikasi

Description: Description: C:\Users\ASUS\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG-20190422-WA0038.jpg


Kingdom : Animalia
Divisi       : Echinodermata
Kelas        : Asteroidae
Ordo         : Platyesterida
Famili       : Ophidlasteridae
Genus       : Protoreaster
Spesies     : Protoreaster nodosus

4.2 Pembahasan
4.2.1   Mangrove
            Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah anaerob. Mangrore berarti tanaman tropis dan komunitasnya yang tumbuh pada daerah intertidal. Daerah intertidal adalah wilayah dibawah pengaruh pasang surut sepanjang garis pantai, seperti laguna,estuarin, pantai dan river banks. Mangrovemerupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai pada pantai yang berombak relatif kecil atau bahkan terlindung dari ombak, di sepanjang delta dan estuarin yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur dari daratan (Sudiarta,2006). Pada saat melakukan praktikum di lapangan kami mendapatkan satu jenis mangrove yaitu:
1.Avicennia abba
Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian pohon mencapai 30 meter. Memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu (Qiptyah, 2008).
Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih- abu-abu muda. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik. Ujung: meruncing hingga membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm.Seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Formasi: bulir (2-12 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4, kuning pucat-jingga tua, 5-8 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4.
Buah agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan. Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung buah agak tajam seperti paruh. Ukuran: sekitar 1,5x2,5 cm.Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka pada saat telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah dapat juga terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air.
Daun digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar. Resin yang keluar dari kulit kayu digunakan sebagai alat kontrasepsi. Buah dapat dimakan. Kayu menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi. Daun digunakan sebagai makanan ternak.
Mangrove dapat tumbuh dengan baik pada substrat berupa pasir, lumpuratau batu karang. Namun paling banyak ditemukan adalah di daerah pantaiberlumpur, laguna, delta sungai, dan teluk atau estuaria. Lahan yang terdekatdengan air pada areal hutan mangrove biasanya terdiri dari lumpur dimanalumpur diendapkan. Tanah ini biasanya terdiri dari kira-kira 75% pasir halus,sedangkan kebanyakan dari sisanya terdiri dari pasir lempungyang lebih haluslagi. Lumpur tersebut melebar dari ketinggian rata-rata pasang surut sewaktupasang berkisar terendah dan tergenangi air setiap kali terjadi pasang sepanjangtahun.
Manfaat dan fungsi ekologi mangrove yang terdiri atas berbagai perlindungan lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, diantaranya sebagai proteksi dan abrasi/erosi gelombang atau angin kencang, pengendali instrusi air laut, habitat berbagai jenis fauna, sebagai tempat mencari, memijah dan berkembang biak berbagai jenis biota,  dan pembangunan lahan melalui proses sedimentasi. Berdasarkan fungsi ekologinya sebagai habitat berbagai jenis fauna untuk mencari makanan, memijah dan berkembang biak maka pada saat praktikum kami mendapatkan beberapa biota diantaranya adalah:
1.Jenis Kelomang Gibulla divaricate
Ciri-ciri kelomang coklat:
-        Memiliki kaki serta capit yang cenderung lebih panjang dan ramping daripada jenis lainnya
-        Berwarna coklat campur dengan putih (biasa ditemukan di Jawa, Sumatra) namun juga ada yang coklat full
-        Antennule berwarna merah kecoklatan
-        Tangkai mata berwarna putih atau coklat
-        Senang sekali memakai cangkang dengan ulir panjang
-        Tidak memiliki stidulatory ridge
-        Kelomang ini cukup sulit karena perlu cangkang dengan ulir panjang, meskipun tidak semuanya. Dia juga termasuk kelomang yang jarang sekali keluar
Gibulla divaricata ini kami dapatkan ketika praktikum di hutan mangrove, kelomang ini terdapat pada genangan air disekitar akar mangrove.
2.Jenis Kerang Anadara pilula
Anadara pilula termasuk ke dalam salah satu kelas dari phylum molusca, yaitu kelas bivalvia. Secara umum bagian tubuh kekerangan dibagi menjadi lima, yaitu (1) kaki (foot, byssus), (2) kepala (head), (3) bagian alat pencernaan dan reproduksi (visceral mass), (4) selaput (mantle), dan (5) cangkang (shell).   Pada bagian kepala terdapat organ-organ syaraf sensorik dan mulut. Bagian kaki merupakan otot yang mudah berkontraksi, dan bagian ini merupakan bagian utama alat gerak. Warna dan bentuk cangkang sangat bervariasi, tergantung pada jenis, habitat dan makanannya (Lasibani, 2009).
Anadara pilula memiliki tubuh pipih secara lateral dan seluruh tubuh tertutup dua keping cangkang yang berhubungan di bagian dorsal dengan adanya hinge ligament yaitu semacam pita elastik yang terdiri dari bahan organik seperti zat tanduk (conchiolin) sama dengan periostrakum, bersambungan dengan periostrakum cangkang.
Kedua keping cangkang pada bagian dalam ditautkan oleh sebuah otot aduktor anterior dan sebuah otot aduktor posterior, yang bekerja secara antagonis dengan hinge ligament. Ketika otot aduktor rileks, ligament berkerut maka kedua keping cangkang akan terbuka, demikian sebaliknya. Guna mempererat sambungan keping cangkang, di bawah hinge ligament terdapat gigi atau tonjolan pada keping yang satu.
Periostrakum merupakan lapisan paling luar, dan menutupi dua lapisan kapur atau lebih di bawahnya (di dalam). Lapisan kapur tersebut terdiri dari argonit dan calcite, yang tersusun sebagai bentuk prisma, bilah–bilah (lath), atau lembaran–lembaran (mutiara), bentuk lensa atau bentuk lain yang lebih kompleks. Semua bentuk–bentuk tersebut ada tertanam dalam suatu kerangka (seperti disemen).
Mantel pada Anadara pilula berbentuk seperti jaringan tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang. Pada lipatan bagian tepi terdapat tiga lipatan dalam, tengah dan luar. Lipatan dalam adalah yang paling tebal, dan berisi otot radial dan otot melingkar. Lapisan tengah mengandung alat indra. Lapisan luar sebagai penghasil canAnadara pilula ini kami dapatkan ketika praktikum di hutan mangrove, kerang ini menempel pada batang dan akar mangrove.
3.Jenisudang Acetes indica
          Udang rebon memiliki nama ilmiah Acetes indicus tetapi ada pula referensi yang menyebutnya Acetes japonicus. Pada zamannya udang rebon dikenal di mancanegara sebagai terasi shrimp. Disebut “rebon” bukan karena udang ini berasal dari Cirebon, tetapi karena ukurannya yang sangat kecil
         Udang rebon merupakan jenis udang yang berukuran kecil dengan ukuran antara 1-3 cm. secara fisik, bentuk udang rebon sama dengan udang pada umumnya. Tetapi udang rebon memiliki ciri khusus, yaitu memilki garis coklat-kemerahan di ruas tubuhnya.Udang Rebon merupakan jenis udang berukuran kecil yang hidup diperairan pantai yang dangkal dan berlumpur serta merupakan jenis udang yang memiliki sifat fototaksis positif.Fototaksis positif adalah tingkah laku udang yang tertarik untuk mendekati sumber cahaya.
Udang rebon mengalami molting, yaitu fase pergantian kulit, dalam hal ini eksoskeleton.Proses molting terjadi dikarenakan udang memiliki eksoskeleton yang tidak elastis.Proses molting mengkibatkan udang mengalami peningkatan ukuran tubuh. Fase molting merupakan fase yang rentan/kritis, karena udang rentan terhadap serangan udang lain. Ketika molting, udang berada dalam kondisi yang lemah, kulit luar belum mengeras. Udang rebon pada saat molting mengeluarkan cairan molting yang mengandung asam amino, enzim dan senyawa organik hasil dekomposisi parsial eksoskeleton yang baunya sangat merangsang nafsu makan udang. Hal tersebut bisa membangkitkan sifat kanibalisme udang yang sehat.
          Di Indonesia, udang jenis ini disebut rebon. Sedangkan di mancanegara, lebih dikenal dengan nama terasi shirmp, karena udang asli Indonesia ini jarang sekali dikonsumsi segar. Tapi lebih sering dinikmati dalam bentuk olahan seperti abon, kerupuk udang maupun terasi.Tubuh Udang bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung belakang)nya sempit.Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut yaitu 2 pasang antenna dan1 pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya 1 pasang maksilla 1 pasang maksillipedMaksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak atau ‘menempel’ di dasar perairan.
Dibalik bentuknya yang mungil itu tersimpan manfaat luar biasa bagi balita. Dalam 100 gram udang rebon segar itu mengandung protein sekitar 16,2 gram. Kadungan ini hampir sama dengan kandungan protein pada udang segar. Karena itu anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan disarankan banyak mengkonsumsi udang rebon.Bahkan udang rebon efektif dalam memperbaiki gizi bagi anak malnutrisi (kurang gizi).
Rebon sangat baik bagi anak dibawah umur satu tahun.Satu sendok makan rebon dapat memenuhi kebutuhan proteinnya. Secara umum, kebutuhan kalori pada balita itu sekitar 400 hingga 600 kalori, dan untuk protein biasanya 15 sampai 25 gram.
Pada anak-anak, protein sangat berperan dalam perkembangan sel otak.Sengkan pada orang dewasa, bila tejadi luka atau memar, protein dapat membangun kembali sel-sel yang rusak. Protein juga bisa menjadi bahan untuk energi bila keperluan tubuh akan karbohidrat dan lemak tidak terpenuhi. Protein pada udang rebon temasuk protein lengkap karena memiliki semua asam amino esensial.
4.Jenis Kepiting Scylla serrata
Kepiting (Scylla serrata) adalah hewan yang mempunyai abdomen yang kecil dan terlipat di bawah tubuhnya. Mereka mempunyai lima pasang kaki. Sepasang kaki yang pertama berujung capit dan lebih besar daripada kaki yang lainnya. Pasangan terakhir kaki jalannya sering berbentuk pipih dan dipakai sebagai alat untuk berenang.
Kepiting biasanya berjalan atau merangkak dengan aneh, yaitu dengan gaya berjalan ke samping. Hewan ini pada umumnya memakan beraneka makanan meliputi bangkai hewan dan tumbuhan mati. Terdapat banyak sekali jenis kepiting di berbagai bagian dunia. Kebanyakan hidup dalam laut, beberapa jenis terdapat dalam air tawar, beberapa jenis lagi hidup di darat. Kepiting yang bertempat dalam air bernafas dengan insang yang terletak dalam rongga yang berapa dalam sisi tubuhnya. Rongga-rongga ini lebih besar pada jenis yang menghuni daratan karena berfungsi sebagai paru-paru (BARNARD,1971).
Scylla serrata ini kami dapatkan ketika praktikum di hutan mangrove, kelomang ini terdapat pada genangan air disekitar akar mangrove.

4.1.2Padang Lamun
Lamun atau secara internasional dikenal sebagai seagrass, merupakan tumbuhan tingkat tinggi dan berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut dangkal. Keberadaan bunga dan buah ini adalah faktor utama yang membedakan lamun dengan jenis tumbuhan laut lainnya, seperti rumput laut (seaweed). Hamparan lamun sebagai ekosistem utama pada suatu kawasan pesisir disebut sebagai padang lamun (seagrass bed).
Lamun atau seagrass merupakan tumbuhan berbunga yang sepenuhnya       menyesuaikan diri dengan hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari          rhizome (rimpang), daun, dan akar. Rhizome merupakan batang             yang terbenam dan merayap secara mendatar, serta berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga, serta tumbuh akar. Dengan rhizome dan akar inilah tumbuhan tersebut menampakkan diri dengan kokoh di dasar laut sehingga tahan terhadap hempasan ombak dan arus (Dorenbusch,2004).
Lamun sebagian besar berumah dua, yaitu dalam satu tumbuhan hanya       ada satu bunga jantan saja atau satu bunga betina saja. Sistem pembiakan bersifat khas karena mampu melakukan penyerbukan di dalam air (hydrophilous pollination) dan buahnya juga terbenam di dalam air.
Lamun tumbuh subur terutama di daerah pasang surut terbuka serta            perairan pantai yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan      dengan karang mati dengan kedalaman 4 m. Dalam perairan yang sangat             jernih, beberapa jenis lamun bahkan di temukan tumbuh sampai kedalaman             8-15 m dan 40 m. Tumbuhan ini memiliki beberapa sifat yang memungkinkan hidup di lingkungan laut, yaitu mempunyai sistem             perakaran jangkar yang berkembang dengan baik, mempunyai kemampuan untuk berkembang biak secara generatif dalam keadaan terbenam, dan dapat           berkompetisi dengan organisme lain dalam keadaan stabil ataupun tidak stabil pada lingkungan laut (Menzies, 1967).
Di seluruh dunia telah di identifikasi terdapat 60 jenis lamun, 13 di             antaranya di temukan di Indonesia. Pada saat kami melaksanakan praktikum  di Pulau Enggano kami menemukan 3 jenis lamun dari 4 jenis lamun yang  ada di Pulau Enggano yaitu :

1.Enhalus acoroides
Jenis lamun ini tumbuh pada substrat berlumpur dan perairan keruh, dapat membentuk jenis tunggal atau bahkan mendominasi komunitas padang lamun.Ciri – ciri morfologi dari Enhalus acoroides adalah :
-        Bentuk fisiknya paling besar dibanding spesies lamun yang lain.
-        Daun berwarna hijau pekat.
-        Daunnya panjang dan kebar seperti sabuk.
-        Lebar daun + 3 cm.
-        Panjang daun berkisar antara + 30 – 150 cm.
-        Rimpangnya berdiameter lebih dari 1 cm
2.Syringodium isoetifolium
Lamun jenis ini memiliki daun yang pendek sekitar 5 - 10 cm, meskipun ditemukan pula daun yang tumbuh hingga sepanjang 50 cm. Daun dari lamun ini berbea dari yang lain, karena bentuknya yang silindris menyerupai mie, sehingga dalam Bahasa Inggris seringkali disebut sebagai Noodle Seagrass. Lamun ini memiliki sekitar 2 - 3 helai daun dalam satu batang. Lamun ini memiliki perbungaan yang kompleks, dimana bunganya tumbuh dari cabang - cabang utama. Buah dari tanaman ini menyerupai biji kacang yang kecil dan keras. Lamun dari jenis ini dapat dijumpai di hampir semua perairan dangkal yang tenang di seluruh Indonesia. Umumnya di jumpai didaaerah subtidal dangkal dan memiliki substrat yang berlumpur.Sehingga pada saat praktikum lapangan kami menemukan beberapa jenis biota seperti:
1.Spongia officinalis
Spongiza officinalis termasuk ke dalam filum Porifera karena memiliki bentuk tubuh yang asimetris, tubuhnya berlubang-lubang (berpori), dan memiliki saluran air yang terdiri dari ostium (tempat masuknya air), osculul (tempat keluar air). Clathria sp. dimasukkan ke dalam kelas Demospongiae karena memiliki sponges dengan sponging atau sponging.
Spongia officinalismemiliki warna tubuh orange gelap. Memiliki tipe kanal leucon yaitu tipe kanal yang paling rumit. Ostium membentuk kanal-kanal incurrent yang tidak semuanya memiliki choanocytes sehingga tidak semua kanal dilengkapi oleh flagella. Aliran air secara selektif dipompa melalui kanal-kanal tertentu (air hanya melewati kanal yang berflagella), dan dikeluarkan melalui beberapa bukaan oskulum. Spongia sp ini kami temukan di antara padang lamun yang tertimbun didalam pasir.

2.Chalina oculata
Chalina oculata memiliki bentuk tubuh yang kaku seperti potongan bambu yang kadang bercabang pada lapisan epidermis terdapat pori-pori tersusun atas spikula yang tersusun atas spikula yang tersusun ataskalsium karbonat silikat. Memiliki bentuk tubuh yang kaku seperti potongan bambu yang kadang bercabang pada lapisan epidermis terdapat pori-pori tersusun atas spikula yang tersusun atas spikula yang tersusun ataskalsium karbonat silikat. Makanan yang terbawa arus air akan masuk kedalam tubuh dan melewati ruangan yang bersel kheanosit maka disitulah terjadi proses penyaringan perlu diketahui bahwa chalina oculata memiliki system saluran yang paling sederhana.
Secara aseksual dengan cara pembentukan tunas yang menempel pada induknya yang membantu dalam seksual dengancara pembelahan sel telur sel gametdibentuk oleh oikeositdidalam koanosit. Chalina oculata ini kami temukan di antara padang lamun yang tertimbun didalam pasir.
3.Ikan Glodok (Periothalamus modemus)
Ikan Gelodok adalah jenis ikan yang bisa merangkak naik ke darat atau bertengger pada akar-akar pohon bakau. Karena kemampuan ini, ikan glodok disebut juga ikan tembakul. Ikan ini hidup di zona pasang surut di lumpur pantai yang ada pohon-pohon bakaunya. Gelodok/tembakul adalah jenis ikan dari beberapa marga yang termasuk ke dalam anak suku Oxudercinae. Ikan-ikan ini senang melompat-lompat ke daratan, terutama di daerah berlumpur atau berair dangkal di sekitar hutan bakau ketika air surut. Nama-nama lainnya adalah timpakul, tempakul, gelodok, belodok, belodog, atau blodog, atau belacak (bahasa Melayu), gabus laut,lunjat, dan mudskipper (bahasa Inggris). Ikan Gelodok/tembakul hanya dijumpai di pantai-pantai beriklim tropis dan subtropis di wilayah Indo-Pasifik sampai ke pantai Atlantik Benua Afrika. Ikan ini termasuk ikan yang paling tahan terhadap kerusakan lingkungan hidup dan dapat tetap hidup dalam kondisi yang memprihatinkan sekalipun (Poinir, 1986).
Ikan gelodok yang tergolong anggota Famili Gobidae Subfamili Oxudercinae terbagi menjadi 10 genus dan 35 spesies yang sebagian besar terdistribusi di wilayah Indo-Pasific dan Oceania. Anggota Subfamili Oxudercinae ini mempunyai beberapa perbedaan dan persamaan struktur tubuh serta pola hidup di daerah terestrial dan di daerah akuatik. Spesies ikan gelodok yang masuk anggota Genus Boleophthalmus, Periophthalmodon, Periophthalmus, dan Scartelaos, disebut sebagai Mudskippers karena mempunyai beberapa karakteristik seperti kehidupan amfibi yaitu pada alat penglihatan, alat pernapasan dan pergerakan di darat. Ikan gelodok juga disebut sebagai Amphibious Fish karena sejarah hidupnya mampu berada di dalam dan di luar air. 
Periophthalmus variabilis dan Boleophthalmus boddarti adalah jenis Mudskippers yang mempunyai kemampuan untuk berjalan, memanjat dan melenting ketika berada di darat. Ikan ini menggunakan sirip pektoral, sirip pelvik dan sirip kaudal sebagai alat gerak ketika berada di darat dan di air. Habitat yang berbeda tentu mempengaruhi pola adaptasi dan struktur sirip yang berbeda pada ikan gelodok. Pada daerah akuatik didominasi oleh adanya tekanan air sedangkan di daerah terestrial didominasi oleh adanya tekanan gravitasi. Terdapat pola atau struktur tertentu 2 pada sirip pelvik ikan gelodok untuk menyesuaikan habitat tersebut supaya dapat bergerak dengan baik.
Morfologi dan bentuk muka ikan ini sangatlah khas. Kedua matanya menonjol di atas kepala seperti mata kodok, wajah yang dempak, dan sirip-sirip punggung yang terkembang menawan. Badannya bulat panjang seperti torpedo, sementara sirip ekornya membulat. Panjang tubuh bervariasi mulai dari beberapa sentimeter hingga mendekati 30 cm. Keahlian yang dimiliki ikan yang satu ini, selain dapat bertahan hidup lama di daratan (90% waktunya dihabiskan di darat), ikan gelodok dapat memanjat akar-akar pohon bakau, melompat jauh, dan ‘berjalan’ di atas lumpur. Sebenarnya kaki yang dimiliki ikan glodok ini adalah sirip dadanya yang telah mengalami adaptasi, sehingga menjadi kuat, dan bisa digunakan untuk berjalan di lumpur mangrove. Pangkal sirip dadanya berotot kuat, sehingga sirip ini dapat ditekuk dan berfungsi seperti lengan untuk merayap, merangkak dan melompat.
Daya bertahan di daratan ini didukung pula oleh kemampuannya bernafas melalui kulit tubuhnya dan lapisan selaput lendir di mulut dan kerongkongannya, yang hanya bisa terlaksana dalam keadaan lembab. Oleh sebab itu glodok setiap beberapa saat perlu mencelupkan diri ke air untuk membasahi tubuhnya. Ikan gelodok Periophthalmus koelreuterisetiap kalinya bisa bertahan sampai 7-8 menit di darat, sebelum masuk lagi ke air. Di samping itu, gelodok juga menyimpan sejumlah air di rongga insangnya yang membesar, yang memungkinkan insang untuk selalu terendam dan berfungsi selagi ikan itu berjalan-jalan di daratan. Yang menarik ketika berenang, kedua mata ikan glodok ini tetap muncul di permukaan mirip periskop kapal selam dan kedua matanya mampu bergerak secara independent, jadi yang satu bisa melihat ke kiri dan yang lainnya bisa melihat ke kanan pada saat bersamaan. Selain itu, juga karena berada di luar rongga kepala, mata yang mereka miliki mampu melihat ke segala arah alias dapat berputar 360 derajat.
Hidup di wilayah pasang surut, gelodok biasa menggali lubang di lumpur yang lunak untuk sarangnya. Lubang ini bisa sangat dalam dan bercabang-cabang, berisi air dan sedikit udara di ruang-ruang tertentu.        Ketika air pasang naik, gelodok umumnya bersembunyi dilubang-lubang ini untuk menghindari ikan-ikan pemangsa yang berdatangan. Bila air surut ikan glodok banyak terlihat keluar dari air, merangkak atau melompat lompat di atas lumpur dan jika air pasang ia masuk ke hutan bakau, baru turun kembali ke lumpur-lumpur pantai bila air telah surut atau ia bersembunyi pada lubang-lubang sarangnya.
 Perilaku ikan gelodok yang mampu berada di darat dan di air menyebabkan ikan ini memerlukan struktur alat gerak khusus yang tersusun atas tulang, otot dan persendian yang mampu menunjang pergerakannya. Sirip pektoral ikan gelodok memiliki otot yang berbeda dibandingkan otot pada ikan lainnya. Contohnya pada sirip pektoral mudskipper, otot abduktor superficialis terbagi menjadi dua bagian dengan salah satu berinsertio pada jari-jari sirip dorsal dan yang lainnya berinsertio pada jari-jari sirip ventral (pelvik). Adanya otot ini menyebabkan mudskipper mampu mengontrol dan menggerakkan sirip pektoralnya secara fleksibel ketika bergerak.
Ikan gelodok ketika di darat mempunyai 2 aktifitas, yaitu bergerak di lumpur dengan loncatan pendek dimana kedua sirip pektoralnya mengayun kedepan sementara tubuhnya mempertahankan posisi kaku, dan aktifitas yang khas yaitu mampu memanjat akar maupun batu dengan bantuan sirip pelviknya yang memegangi badan melawan gravitasi. Gerakan ini menghasilkan daya hisap (sucker) sementara sirip pektoralnya menjangkau dan menarik tubuhnya keatas (memanjat).
4.Ikan kerapu Spinepheleus fuscoguttaus
          Ikan kerapu adalah salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena mempunyai gizi yang tinggi.Daerah penyebaran ikan kerapu macan dimulai dari Afrika Timur, kepulauan Ryukyu (Jepang selatan), Australia, Taiwan, Mikronesia dan Polinesia, sedangkan di Indonesia ikan kerapu banyak ditemukan di perairan pulau Sumatra, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, Ambon dan  indikator adanya kerapu adalah perairan karang. Siklus hidupnya kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5-30 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7,0-40 m. Perpindahan ini berlangsung pada siang dan senja hari. Larva bersifat pelagis sedangkan kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal dan habitat favorit larva kerapu muda adalah pantai dekat muara sungai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Parameter kualitas air yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperatur antara 27-29 0C, salinitas antara 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut 5 ppm, pH antara 8,0-8,2 dan perairan dengan kondisi tersebut pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang.
          Morfologi ikan kerapu macan memiliki ciri-ciri antara lain  adalah sebagai berikut: Bentuk badan memanjang gepeng (compressed) atau agak membulat.Mulut lebar serong ke atas dengan bibir baeah menonjol keatas.Rahang bawah dan atas dilengkapi dengan gigi-gigi geratan berderet dua baris, lancip dan kuat serta ujung luar bagian depan adalah gigi-gigi yang terbesar.Sirip ekor membuat (rounded), sirip punggung memanjang dimana bagian jari-jarinya yang keras berjumlah kurang lebih sama dnegan jari-jari lunaknya.Jari-jari sirip keras berjumlah 6-8 buah, sedangkan sirip dubur berjumlah 3 buah dan jari-jari sirip ekor berjumlah 16-17.Warna tubh adalah sawo matang, perut bagian bawah agak keputihan dan pada badannya tertadapat titip berwarna merah kecoklatan serta tampak pula 4-6 baris warna gelap yang melintang hingga ke ekornya.Badan di tutupi oleh sisik kecil, mengkilat dan memiliki ciri-ciri loreng.Panjang standar untuk ikan dewasa 11-55 cm.
Habitat dari ikan kerapu adalah bermacam macam, ada di terumbu karang, batu batu pinggiran pantai dan lamun.Untuk hatibat yang dilamun itu terjadi karena ikan kerapu melakukan pemijahan terhadap telur telur nya, dan juga untuk mencari makan.
5.Ikan buntal Arothrun meleagris
Ikan buntal adalah jenis ikan permukaan yang memiliki duri dibagian punggungnya.Ikan ini mempunyai warna yang beragam ragam. Ikan ini akan mengambang bila dirinya merasa terancam.
Morfologi pada ikan buntal adalah:
·  Memiliki gigi-gigi yang tajam
·  Memiliki racun Tetrodotoksin (TTX) pada duri-durinya
·  Mampu mengembang/membesarkan dirinya dan mengeluarkan duri-duri tajam
·  Umumnya berwarna coklat dengan totol-totol putih pada bagian
tubuhnya
·  Memiliki bentuk gigi seperti gigi kelinci
·  Memiliki sirip punggung meskipun jarang terlihat ketika ikan
Buntal saat mengambang
·  Memiliki sirip bawah
·  Bentuk tubuh membulat seperti bola
Habitat dari ikan buntal adalah di ekosistem padang lamun, dasar perairan, ikan buntal sering naik ke permukaan yaitu untuk mencari makan.

6.Ikan cucut Stegostroma fasciation.
Ikan cucut memiliki gigi yang banyak, tajam dan runcing serta berbaris condong kedalam sehingga mangsa yang sudah di terkamnya susah untuk melepaskan diri. Cucut hidup di paisan air bagian atas atau permukaan air. Ikan cucut merupakan pemakan ikan segala sesuatu yang bisa dimakan (omnivora). Makanan ikan cucut tidak terbatas mulai dari ikan kecil, ikan besar, kepiting, cumi-cumi, dan penyu.
           Beberapa ikan cucut hampir mempunyai bentuk tubuh yang relatif sama yaitu fusiform, kecuali beberapa famili seperti famili Rhinidae, Rhynchobatidae, Sphymidae dan Squantinidae.
 Bentuk kepala meliputi : panjang kepala, bentuk moncong, bentuk mulut, besar dan kecil mata, letak mata, gigi, ada tidaknya spirakel, dan ada tidaknya labial furrow.
 Bentuk sirip meliputi bentuk sirip (kerucut atau membulat) panjang dan lebar sirip, keberadaan sirip (dorsal (1,2), pectoral, anal dan caudal fin), jarak antara sirip
.
Ikan Cucut dapat hidup di berbagai tempat, ada yang hidup di perairan laut dalam, di permukaan atau di perairan dang- kal. Penangkapan hiu umumnya dilakukan dengan pancing (handline), rawai (long line), jaring insang (gill net), pukat (trawl) dan dapat juga dengan pancing tonda. Penang- kapan hiu di Indonesia setiap tahun mening- kat jumlahnya.
Tidak seperti jenis he wan lain, hampir seluruh tubuh cucut dimanfaatkan, mulai dari daging, bisa hati, tulang-tulang sampai pada siripnya tidak ada yang dibuang.
Dibandingkan dengan  jenis  ikan  lain, maka ikan cucut merupakan ikan yang serba guna. Hampir semua bagian tubuhnya mulai dari ujung kepala sampai ujung ekornya dapat dimanfaatkan, juga termasuk "jeroan" atau organ dalamnya. Bagian tubuh yang terpenting yang mempunyai nilai ekonomi penting (paling tinggi) adalah sirip dan hati- nya. Bagian-bagian yang lain merupakan bagian yang kurang begitu penting ditinjau dari segi komersial saat ini. Akan tetapi sebetulnya dapat dimanfaatkan secara lebih efisien, agar bernilai guna tinggi.
6.KerangAnadar Antiquata
Seperti kerang pada umumnya, kerang bulu merupakan jenis bivalvia yang hidup pada dasar perairan dan mempunyai ciri khas yaitu ditutupi oleh dua keping cangkang (valve) yang dapat dibuka dan ditutup karena terdapat sebuah persendian berupa engsel elastis yang merupakan penghubung kedua valve tersebut.
Kerang bulu mempunyai dua buah cangkang yang dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada bagian dorsal tebal dan bagian ventral tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan, yaitu
-        Periostrakum adalah lapisan terluar dari kitin yangberfungsi sebagai pelindung.
-        Lapisan prismatic tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma.
-        Lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.
Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian cangkang yang paling tua. Garis-garis melingkar sekitar umbo menunjukan pertumbuhan cangkang. Mantel pada pelecypoda berbentuk jaringan yang tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang. Beberapa kerang ada yang memiliki banyak mata pada tepi mantelnya. Banyak diantaranya mempunyai banyak insang. Umumnya memiliki kelamin yang terpisah, tetapi diantaranya ada yang hermaprodit dan dapat berubah kelamin.
                  Kakinya berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan keluar. Kaki kerang berfungsi untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir. Kerang bernafas dengan dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak mengandung batang insang. Antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel yang merupakan jalan keluar masuknya air.Anadara granosa ini kami temukan diantara padang lamun dan tertimbun pasir.
7.KerangDentalium antiuate
Kerang gading (tusk shells) merupakan sebutan bagi kelas dari filum moluska yang bernama scaphopoda. Scaphopoda merupakan anggota dari kelompok moluska lautan dengan distribusinya yang tersebar di seluruh dunia, serta satu-satunya kelompok moluska laut yang hidupnya infaunal (berada di dalam substrat). Ukuran dari spesies ini memiliki panjang berkisar antara 0.5 - 15 cm. Anggota dari ordo Dentaliida biasanya memiliki ukuran lebih besar dibandingkan ordo Gadilida. Jenis moluska ini hidup di dalam substrat lembut di lepas pantai (biasanya tidak di wilayah intertidal). Akibat habitatnya yang tersembunyi di dalam substrat.
Dentalium hidup di dalam sedimen laut sama seperti scaphopoda pada umumnya. Memakan organisme mikroskopik, dan terkadang memakan zooplankton dan materi-materi kecil. Scaphopoda merupakan anggota dari kelompok moluska lautan dengan distribusinya yang tersebar di seluruh dunia, serta satu-satunya kelompok moluska laut yang hidupnya infaunal (berada di dalam substrat).
8.Keong Hepalex truncus
Hepalex truncus merupakan hewan bertubuh lunak (Moluska) yang tidak memiliki tulang belakang. tubuhnya dilindungi oleh cangkang dari bahan kapur yang kuat dan didalmnya mengandung lapisan mutiara . Cangkang bekicot terpilin Spiral (Body whorl) dengan jumlah putaran tujuh ,bentuk cangkang fusiform , tidak memiliki tutup cangkang (Operculum). Warna cangkang coklat dengan pola-pola garis gelap di permukaannya. Ciri – cirinya yaitu :
-        Kerucut dari tabung yang melingkar seperti konde (gelung, whorl).
-        Puncak kerucut merupakan bagian yang tertua, disebut apex.
-        Sumbu kerucut disebut columella.
-        Gelung terbesar disebut body whorl dan gelung-gelung di atasnya disebut spire (ulir).
-        Alat indera pada keong meliputi mata, tentakel, osphradia dan statocyt.
-        Berkaki lebar dan pipih pada bagian ventral tubuhnya.
-        Bergerak lambat menggunakan kakinya.
9.TeripangHolountira edulis
Teripang Hitam (Holothuroidea edulis) secara morfologi memiliki penampang tubuh bulat, sisi ventral yang cenderung datar, dan lubang anus yang bulat. Podia / kaki tabung yang terletak pada bivium jarang: podia pada bagian trivium berjumlah banyak, pendek dan gemuk, tersebar pada radii  dan interadii. Mulut terletak di bagian ventral, dikelilingi oleh 20 tentakel berwarna abu-abu. Anus terletak pada subdorsal. Cubierian tubule (CT) tidak ada. Terdapat karakteristik warna hitam atau jalur-jalur gelap pada bagian mediodorsal, warna dibagian lateral lebih terang, trivium mempunyai warna lebih terang dengan bintik-bintik kecil berwarna hitam.Teripang ini ditemukan di daerah perairan lamun dan berkarang, substrat pasir kasar dan tubuhnya diselimuti oleh pasir halus.
10.Alga coklat Vesiculous
Phaeophyta (Alga Coklat) mengandung pigmen xantofil – fucoxanthin, selain klorofil a dan c. Oleh karena itu, anggota Phaeophyta menunjukkan karakteristik warna kehijauan-coklat. Pigmen berwarna coklat sangat penting untuk adaptasi Phaeophyta di laut dalam dan samudera.Phaeophyta biasanya disesuaikan dengan lingkungan laut, hanya beberapa Phaeophyta yang merupakan spesies air tawar. Bahkan, sebagian besar Phaeophyta yang dominan di zona beriklim belahan bumi utara, sedangkan beberapa spesies ditemukan di perairan tropis yang hangat. Sampai sekarang, sekitar 1500-2000 spesies alga coklat diidentifikasi di seluruh dunia.
Penyebaran dari alga coklat ini adalah perairan dalam yang masuk kedalam zona fotik, dan ada juga yang hidup diperairan pasang surut (Rashed, 1955).
11.Alga hijau kuning Vaucheria sessilis
Vaucheria sessilis mengandung pigmen fotosintesis klorofil a dan c, tapi ganggang kuning-hijau juga mengandung pigmen fucoxanthin karotenoid.Pada banyak chrysophyta dinding sel terdiri dari selulosa dengan jumlah kandungan silika lebih besar. Beberapa spesies berbentuk ameboid tanpa dinding sel. Produk penyimpanan makanan chrysophyta adalah minyak atau laminarin polisakarida.Ciri-ciri alga keemasan adalah sebagai berikut:
Struktur tubuh ada yang bersel satu atau bersel banyak berupa benangBerwarna kuning sampai agak pirang keemasanKloroplas kecil-kecil berbentuk cakram atau lembaranSelain klorofil, alga keemasan mengandung beberapa macam karotin.Habitatnya di tempat-tempat yang basah dan di air tawar maupun air laut.
12.Bintang laut Prostoreaster notosus
Protoreaster nodosus termasuk dalam kelas Asteroidea, dimana tubuhnya berbentuk bintang dengan 5 lengan. Berwarna merah tua dan memiliki duri disetiap lengannya yang berwarna hitam. Pada bagian tengah dorsalnya terdapat anus dan memiliki amburakral dan pedicellaris sebagai modifikasi duri. Memiliki kaki tabung berpenghisap, sisi aboralnya tertutup duri-duri halus. Habitat dari bintang laut ini dapat ditemukan di dasar laut dan ekosistem terumbu karang, dan lamun.


BAB V
5.1 Kesimpulan
         Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa mangrove, dan lamun memiliki banyak keguanaan yang sangat penting bagi kehidupan biota-biota laut yang ada seperti untuk tempat pemijahan, tempat mencari makan,tempat berlindung dan tempat berkembang biak.
Ekosistem mangrove, dan lamun mempunyai keterkaitan ekologis (hubungan fungsional), baik dalam nutrisi terlarut, sifat fisik air, partikel organik, maupun migrasi satwa dan dampak kegiatan manusia.
Dari tempat kami praktikum kami menemukan satujenis mangrove yaitu Avicennia abba.Adapun hewan yang berasosiasi adalah keong kerucut Gibulla divaricata, kerang Anadara pilula, udang Aceter indicus, dan kepiting Scylla serrata. Didalam ekosistem mangrove kami mendapat substratnya yaitu substrat berlumpur.Zonasi mangrove yang kami lihat mulai dari luar kedalam adalah Bruguiera cyndrica dan Avicennia abba.
Pada lamun terdapat beberapa jenis lamun yang ditemukan di Pulau Enggano Desa Kahyapu yaitu Enhalus acoroides, danSyringodium isoetifolium. Dan hewan hewan yang kami temukan adalah jenis sponge spongia officinalis dan chalina oculate, ikan beledok perionthalamus modemus, ikan kerapu Epinepheleus fuscoguttaus, ikan buntal Arothrun meleagris, ikan cucut Stegostoma fasciation, kerang bulu Anadara antiquata, kerang Dentalium vulgare, keong kerucut Hepalex truncus, teripang hitam Holountira edulis, ganggang coklat Vesiculous, ganggang hijau kuning Vaucheria sessilis, dan bintang laut Prostoreaster notosus.
. 5.2 Saran
Saran saya adalah setelah melihat betapa pentingnya ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang pada setiap ekosistem ekosietem yang ada dilautan, saya berharap agar kelangsungan siklus hidup ekosistem tersebut agar di pelihara dan dijaga oleh masyarakat dan pemerintah demi pertumbuhan generasi selanjutnyadan kelangsungan hidup biota biota yang hidup didalamnya.



DAFTAR PUSTAKA
Barber, B.J.2014. Effects of elevated temperature on seasonal in situ leaf   productivityof Thalassia testudinum banks ex konig and Syringodium       fliforme kutzing. Aquatic Botany 22:61-69.
BARNARD, J.L. 2015. Key to the Hawaiian marine Gammariidae, 0-30 metre.    Smithsonian    contribution to zoology, Toronto. 58:1-135.
Coles, R. G. L, W. J. Long, R. A. Watsom, and K. J. Der-byshire. 2013.     Distribution of            Seagrass and Their Fish and Penaeid Prawn         Communities in Cairns Harbour a       Tropical Estuaria, Northern Queens-  land, Australia. In Tropical Seagrass           Ecosyestems; Structure and    Dynamics in the Indo-West Pacific. Australian             Journal and     Freshwater Research, 44: 193-210.
Donato, D.C., Kauffman, J.B., Murdiyarso, D., Kurnianto, S., Stidham, M. dan     Kanninen,        M. 2015. Mangrove Salah Satu Hutan Terkaya Karbon di        Daerah Tropis. Brief CIFOR,12:1-12.
Dorenbosch, M., van Riel M.C., Nagelkerken, I., & van der Velde, G., 2016. The             relationship of reef fishdensities to the proximity of mangrove and         seagrass           nurseries. Estuarine Coastal and Shelf Science 60: 37-48.
Endang Hilmi, Shut dan Sunarto Budi Utoyo. 2009. Model Hu-bungan Antara      Tingkat            Kerapatan Pohon Mengrove Dengan Populasi Kepiting             (Scylla serata).Studi Kasus     Ekosistem Hutan Mangrove Kabupaten             Cilacap Jawa Tengah
Goltenboth F, Schoppe S, Widmann P. 2012. Padang Lamun. Di dalam:    Goltenboth, F.,            K.H. Timotius, P. Po Milan, J. Margraf (eds).     Ekologi Asia Tenggara Kepulauan     Indonesia. Jakarta: Salemba Teknika.             hal 31-46.
Hairiah, K., dan Rahayu, S., 2016. Petunjuk Praktis Pengukuran Karbon    Tersimpan di   Bagian Macam Penggunaan Lahan. World Agroforestry       Centre ICRAF Southeast       Asia. Bogor.
HATANAKA, M. andK. IIZUKA 2014. Studies on the fish community of the     Zostera area. 1.            The ecological order for feeding in the fish group            related to the dominance        species. Bull. Jap. Soc. Sci. Fish. 28: 5-16           (In Japanese, with English summary).
Heriyanto, N.M., dan Subiandono, E., 2017. Komposisi dan Struktur Tegakan,      Biomasa,         dan Potensi Kandungan Karbon Hutan Mangrove di Taman        Nasional Alas Purwo.             Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi      Alam,9(1):023-032.
Kenyon, R, Turnbull, C & Smit, N., 2014. Prawns. In:National Oceans Office.       Description      of Key Species Groups in the Northern Planning Area.          National Oceans Office,         Hobart, Australia.
KIKUCHI, T. 2016. An ecological study on animal communities of the Zostera     belt in Tomioka Bay, Amakusa, Kyusu. Publ. Amakusa. Mar. Biol. Lab.         1: 1-106.
Kustanti, A. 2015. Manajemen Hutan Mangrove, IPB Press,Bogor.
McRoy, C.P. & C. Helferich. (2014). "Sea Grass Ecosystem" Marcel Dekker Inc.
            New York & Basel pp. 314.
Noor,  Y.R.,  M.  Khazali,  I.N.N.  Suryadiputra. 2026. Panduan Pengenalan         Mangrove di    Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor. 187 Hal 8-11..
Nurdin, J., Supriatna, J., Patria, M.P. dan Budiman. A. 2016. The Potential Edible             Bivalvia           And Its Diversity In The Coastal Waters Of South Kabung     Bay. Wes Sumatra :     With Special Case Of Gafrarium Tomidum
Nybakken, 2016. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis Terjemahan M.
            Hutomo dkk.
Jakarta: Gramedia.
Onrizal, Simarmata, F. SP., Wahyuningsih, H.2017. Keanekaragaman        Makrozoobenthospada Hutan Mangrove yang di rehabilitasi diPantai   Timur Sumatera Utara. Dikti, 11(2):94-103.
Poiner, I.R. & G. Roberts,.(2015) "A brief review of seagrass studies in Australia.
            Proc.National conference and Coastal Management. 2, 243-248.
Qiptiyah, M., Halidah, dan Rakman, M.A., 2016. Struktur Komunitas Plankton di             Perairan           Mangrove dan Perairan Terbuka di Kabupaten Sinjai,    Sulawesi Selatan. Jurnal         Penelitian Hutan dan Konservasi Alam,             5(2):137-143.
Saprudin, dan Halidah, 2014. Potensi dan Nilai Manfaat Jasa Lingkungan Hutan   Mangrove di Kabupaten Sinjai, Silawesi Selatan. Jurnal Penelitian Hutan      dan      Konservasi Alam, 9(3):213-219.
Suwignyo. dkk.2015.Avertebrata Air Jilid 1.Penebar Swadaya: Jakarta.
Suwondo, Febrita, T., Sumanti F. 2006.Struktur Komunitas Gastropoda Pada        Hutan Mangrove Di Pulau Sipora Kabupaten Kepulauan Mentawai       Sumatra Barat,Jurnal Biogenesis, 2 (1): 2529.
Thomlinson, P.B.2013. Vegetative morphology and meristem dependence - the
            Foundation of Productivity in seagrass
. Aquaculture 4: 107-130.