LAPORAN PRAKTIKUM BILOGI LAUT
EKOSISTEM MANGROVE LAMUN
dan TERUMBU KARANG
Disusun
Oleh :
Nama :
NPM :
Kelompok
:
VI (Enam)
Dosen :
1.
2.
3.
Co.Ass :
1.
2.
3.
4.
PROGRAM
STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Biologi
laut merupakan ilmu pengetahuan tentang kehidupan biota laut, berkembang begitu
cepat untuk mengungkap rahasia kehidupan berbagai jenis biota laut yang jumlah
jenisnya luar biasa besarnya dan keanekaragaman jenisnya luar biasa tingginya.
Tingginya keanekaragaman jenis biota di laut barangkali hanya dapat ditandingi
oleh keanekaragaman jenis biota di hutan hujan tropik di darat.Lautan di dunia
merupakan kesatuan ekosistem dimana serangkaian komunitas dapat mempengaruhi
faktor-faktor fisik dan kimia air laut di sekelilingnya.
Laut
seperti halnya daratan dihuni oleh biota, yakni tumbuhan-tumbuhan hewan dan
mikroorganisme hidup. Biota Laut menghuni hampir semua bagian laut, mulai dari
pantai permukaan laut sampai dasar laut yang terjeluk sekalipun. Keberadaan
biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya
yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan
manusia.
Pemanfaatan
biota laut yang makin hari makin meningkat dibarengi oleh kemajuan pengetahuan
tentang kehidupan biota laut yang tertampung dalam ilmu pengetahuan alam laut
yang dinamakan biologi laut (marine biology).Pengetahuan atas masing-masing
spesies perlu dikuasai untuk dapat mempermudah dalam pengidentifikasian. Selain
pengetahuan akan berbagai biota, disamping itu juga perlu pemahaman akan dunia
dan pola perkembangan dari biota-biota laut.
Wilayah kepulauan Indonesia sebagian besar
terdiri dari wilayah kepulauan. Wilayah kepulauan terdiri dari wilayah pantai
dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Wilayah pantai dan pesisir
memiliki arti penting dan strategis karena merupakan wilayah interaksi atau
peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut yang memiliki
sifat unik, dan mengandung produksi biologi yang cukup besar serta jasa
lingkungannya.
Berdasarkan
uraian diatas maka dilakukan praktikum lapangan di Pulau Enggano Desa Kahyapu
Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu.Untuk dapat mengamati secara
langsung biota yang berasosiasi pada ekosistem mangrove dan lamun.
1.2
Tujuan
Di
akhir praktikum diharapkan mahasiswa mampu melakukan identifikasi terhadap
biota laut yang ditemukan, mengetahui karakteristik tempat hidup,asosiasi,
bentuk-bentuk dan prospek pemanfaatan dari biota yang ditemukan di lapang.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Mangrove
Ekosistem mangrove (bakau) adalah ekosistem
yang berada di daerah tepi pantai yangdipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga lantainya selalu tergenang air. Ekosistem
mangrove berada diantara level pasang naik tertinggi sampai level di sekitar
atau di atas permukaan laut rata-rata pada daerah pantai yang terlindungidan
menjadi pendukung berbagai jasa ekosistem di sepanjang garis pantai di kawasan
tropis (Donato, 2015).
Manfaat
ekosistem mangrove yang berhubungan dengan fungsi fisik adalah sebagai mitigasi
bencana seperti peredam gelombang dan angin badai bagi daerah yang ada di
belakangnya,pelindung pantai dari abrasi, gelombang air pasang(rob), tsunami,
penahan lumpur dan perangkapsedimen yang diangkut oleh aliran air
permukaan,pencegah intrusi air laut ke daratan, serta dapatmenjadi penetralisir
pencemaran perairan pada batas tertentu.Manfaat lain dari
ekosistem mangrove ini
adalah sebagai obyek daya tarik
wisata alam dan atraksi ekowisatadan sebagai
sumber tanaman obat
(Supriyanto,2014).
Ekosistem
mangrove berfungsi sebagai habitat berbagai jenis satwa. Ekosistem mangrove
berperan penting dalam pengembangan perikanan pantai; karena merupakan tempat
berkembang biak, memijah, dan membesarkan anak bagi beberapa jenis ikan,kerang,
kepiting, dan udang .Jenis
plankton di perairan mangrove lebih banyak dibandingkan di perairan terbuka
(Qiptiyah, dkk, 2016).
Hutan
mangrove menyediakan perlindungan dan makanan berupa bahan organik ke dalam
rantai makan (Hogarth,2001). Bagian kanopi mangrove pun merupakan habitat untuk
berbagai jenis hewan darat, seperti monyet, serangga, burung, dan kelelawar. Kayu pohon mangrove
dapat digunakan sebagai kayu bakar, bahan pembuatan arang kayu, bahan bagunan,
dan bahan baku bubur kertas. Manfaat nilai guna langsung hutan mangrove sebesar
Rp. 11,61 juta/ha/th (Saprudin dan Halidah, 2015).
Tegakan
mangrove, melalui proses fotosintesis
menyerap karbon dioksida
dari atmosfer yang diubahnya
menjadi karbon organik dalam bentuk biomassa. Pelestarian hutan mangrove
sangat penting dilakukan
dalam mitigasi perubahan iklim
global karena tumbuhan mangrove
menyerap karbon dioksida dan
mengubahnya menjadi karbon organik yang
disimpan dalam biomassa
tubuhnya, seperti akar, batang, daun,
dan bagian lainnya (Hairiah dan Rahayu, 2016).
2.2 Biota
Mangrove
Pada
wilayah ini terdapat
beberapa ekosistem yang unik
dan saling terkait,
dinamis dan produktif.Secara ekologi
mangrove juga
memilikifungsiyakni sebagaidaerah asuhan, mencari makan dan pemijahan bagi
biota khususnya moluska,krustaseadanikanyang
berasosiasi dengan mangrove).Moluskasangat banyak ditemukan padadaerah
mangrove di Indonesia (Noor dkk.2016).
Pada ekosistem
mangrove terdapat fauna yang
merupakan perpaduan antara fauna
ekosistem terestrial, peralihan
dan perairan. Fauna terestrial kebanyakan hidup
di pohon mangrove
sedangkan fauna peralihan hidupnya menempati daerah
dengan substrat yang
keras (tanah) atau
akar mangrove maupun pada
substrat yang lunak
(lumpur). Faunaini antara lain
adalah jenis kepiting mangrove,
kerang-kerangan dan golongan invertebrata lainnya.Faunaperairanberadadalam kolom
air laut seperti
macam-macam ikan dan
udang (Kustanti, 2015).
Selain
itu, ekosistem mangrove berfungsi sebagai habitat berbagai jenis biota,
diantaranya biota penempel pada pohon, membenamkan diri dan biota yang
merangkak didasar perairan. Kesemua biota ini termasuk kedalam kelompok
makrozoobenthos.Keanekaragaman makrozoobenthos dapat meningkat dengan
kelimpahan yang meningkat seiring dengan bertambahnya umur spesies mangrove
yang direhabilitasi (Onrizalet al., 2017).
Gastropoda
adalah kelompok hewan invertebrata yang bercangkang dan memiliki sifat utama
yaitu memanfaatkan kakinya untuk berjalan. Gastropoda adalah kelompok hewan
dari filum moluska yang dapat hidup pada jenis substrat dari yang kasar sampai
halus. Pesebaran hewan ini hampir di seluruh pantai di Indo-pesisir dan hidup
sebagai hewan makrozoobhentos yang hidup di permukaan substrat dan didalam
substrat (infauna) (suwignyo, 2015).
Siput
dan kerang termasuk kedalam kelas Gastropoda dan Bivalvia dari filum
Molusca.Kelompok ini termasuk hewan bertubuh lunak, yang dilindungi oleh
mantel.Kelompok Bivalvia biasanya berbentuk simetri bi-lateral dan mempunyai
cangkang se-tangkup dan mantel. Bentuk cangkangnya digunakan untuk identifikasi. Lebih lanjut di
sampaikan pula bahwa Bivalvia mempunyai tiga cara hidup yakni membuat lubang
pada substrat, melekat langsung pada substrat dengan semen dan melekat pada
substrat dengan bahan benang (bysus). Selain itu, kelas Bivalvia juga disebut
kelas Lamellibranchiataatau Telecypo-dayang didasari atas tipe insang dan
bentuk kaki. Kelompok Gastropoda merupakan hewan bercangkang satu dan bergerak
menggunakan kaki perut. Hewan ini memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang
tinggi dari kelompok Mollusca dan diikuti oleh kelompok Bivalvia (Nurdin, 2016).
Keanekaragaman
spesies biota ini telah lama dieksploitasi sebagai sumber makanan dan hiasan.
Kelompok kerang secara umumnya dipanen untuk kebutuhan protein dan komersial.
Sekarang, cangkang kerang telah digunakan sebagai bahan campuran alami untuk
menghasilkan semen dan kapur. Daging kerang telah digunakan sebagai suplemen
protein untuk budi-daya udang-udangan dan makanan bururng. Beberapa jenis
kerang laut seperti family Cardiidaedan Spondylidaetelah lama digunakan sebagai
bahan campuran beberapa jenis kosmetik. Kelompok Gastropoda juga banyak
digunakan sebagai sumber protein dan cangkangnya juga ada yang bernilai jual
yang sangat tinggi.Hutan mangrove merupakan habitat makhluk hidup khususnya
yang hidup di sekitar daerah genangan air yang berada di bawah tegakan mangrove
(Endang Hilmi dkk, 2017).
Ekosistem
mangrove merupakan ekosistem yang memberikan kontribusi besar terhadap
ketersediaan detritus organik, yang berperan penting sebagai sumber energi
biota yang hidup di perairan sekitarnya.Salah satu biota yang menghuni hutan
mangrove adalah Gastropoda. Gastropoda
merupakan kelas terbesar dari filum Moluska.Gastropoda memiliki penyebaran yang
sangat luas luas, mulai dari wilayah pasang surut sampai kedalaman 8200 m (Nybakken,
2016)
2.3 Lamun
Lamun
(seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat tumbuh dengan
baik pada lingkungan laut dangkal. Semua lamun adalah tumbuhan berbiji satu
(monokotil) yang mempunyai akar, rimpang (rhizoma),daun, bunga dan buah seperti
halnya dengan tumbuhan berpembuluh yang tumbuh di darat. Lamun senantiasa
membentuk hamparan permadani di laut yang dapat terdiri dari satu species
(monospesific; banyak terdapat di daerah temperate) atau lebih dari satu
species (multispecific; banyak terdapat di daerah tropis) yang selanjutnya
disebut padang lamun(Tomlinson, 2013).
Ekosistem
padang lamun merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi dan
manfaat yang sangat panting bagi perairan wilayah pesisir. Secara taksonomi
lamun (seagrass) termasuk dalam kelompok Angiospermae yang hidupnya
terbatas di lingkungan laut yang umumnya hidup di perairan dangkal wilayah
pesisir. Distribusi lamun sangatlah luas, dari daerah perairan dangkal Selandia
baru sampai ke Afrika. Dari 12 genera yang telah dikenal, 7 genera diantaranya
berada dan tersebar di wilayah tropis.
Diversitas
tertinggi ialah di daerah Indo Pasifik Barat. Komunitas lamun diwilayah ini
mempunyai diversitas yang lebih kompleks dibanding yang berada didaerah sedang
(Poiner & Robert., 2015).
McRoy
& Hefferich (2014)
menyatakan bahwa, padang lamun didaerah tropis merupakan ekosistem alamyang
paling produktif. Data yang pernah diperoleh, produktifitasnya bisa sampai1.300
sampai dengan 3000 gr berat kering /m2/ tahun. Selain produktifitasnya yang
tinggi, lamun juga mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi.
Lamun
hidup dan terdapat pada daerah mid-intertidal sampai kedalaman 0,5-10 m, dan sangat melimpah di daerah sublitoral. Jumlah spesies lebih banyak
terdapat di daerah tropik dari pada di daerah ugahari (Barber, 2014).
Enhalus
acoroides dominan hidup pada substrat dasar berpasir dan pasir sedikit
berlumpur dan kadang-kadang terdapat pada dasar yang terdiri atas campuran
pecahan karang yang telah mati. Padang lamun di Indonesia telah mengalami
penyusutan luasan sebesar30-40% dari keseluruhan lamun yang tersebar di
Indonesia. Berdasarkan data tersebut sebagian besar kerusakan padang lamun
diakibatkan oleh aktifitas manusia secara langsung .Lamun merupakan salah
satu sumber daya pesisir Indonesia yang bernilai ekologis dan ekonomis. Padang
lamun tergolong dalam ekosistem laut yang paling produktif dan mempunyai peran
penting dalam dinamika nutrien pesisir. Selain itu padang lamun juga
berhubungan dengan perolehan perikanan lokal, dan ekosistem tetangganya,
seperti terumbu karang (Goltenboth et al. 2012).
2.4 Biota Lamun
Fungsi
ekologis padang lamun diantaranya adalah sebagai daerah asuhan, daerah
pemijahan, daerah mencari makan, dan daerah untuk mencari perlindungan berbagai
jenis biota laut seperti ikan, krustasea, moluska, echinodermata, dan
sebagainya. tumbuhan
lamun itu sendiri merupakan makanan penting dugong (Dugong dugon) dan penyu
hijaudan bertindak sebagai jebakan sedimen dan nutrien. Banyak di antara hewan
laut yang memiliki nilai penting secara komersil dan rekreasi, pada stadia
tertentu dalam siklus hidupnya sangat bergantung pada keberadaan ekosistem
pa-dang lamun. Di daerah Queensland bagian utara, padang lamun menunjang
juvenil udang pe-naeid yang bernilai ekonomis penting (Coles et al.,2013).
Padang
lamun merupakan sumber daya laut yang cukup potensial untuk dimanfaatkan, dan
secara ekologi, padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah
pesisir. Banyak organisme yang secara ekologis dan biologis sangat tergantung
padakeberadaan lamun. Ekosistem tersebut merupakan sumber makanan penting bagi
banyak organisme oleh sebab itu banyak biota laut yang memanfaatkannya sebagai
tempat memijah (Dorenbosch
et al., 2016).
Kepiting dan udang yang termasuk kelas Krustasea diketahui berasosiasi dengan
baik terhadap ekosisitem lamun. Selain sebagai salah satu komponen yang penting
dalam rantai makanan, beberapa jenis krustasea juga merupakan hewan yang
bernilai ekonomis tinggi karena dagingnya merupakan makanan yang lezat, seperti
beberapa jenis udang dan kepiting dari suku Penaeidae (udang niaga), Portunidae
(rajungan dan kepiting bakau), Syllaridae (udang pasir dan udang kipas),
Palinuridae (udang karang atau lobster) dan Stomatopoda (udang ronggeng atau udang
mantis)(Kenyon et al., 2014).
Komunitas
hewan termasuk krustasea mempergunakan padang lamun sebagai habitatnya, tempat
memijah dan mencari makan. Komunitas hewan tersebut membentuk 4 (empat)
kategori struktur dan cara hidup dipadang lamun,yaitu : 1. komunitas biota yang
hidup pada daun hijau (segar) lamun (epifit, mikro-meiofauna); 2. komunitas
biota yang menempel pada rimpang (rhizome) lamun (polikhaeta, krustasea,
moluska, ekhinodermata); 3. komunitas biota yang bergerak/berenang di bawahdaun
lamun (ikandancumi); dan 4. komunitas biota yang hidup dalam sedimen (bivalvia,
polikhaeta). Lebih lanjut KIKUCHI (1974) juga mengatakan bahwa ada 2 (dua)
peranan padang lamun bagi komunitas biota konsumer, yaitu 1. padang lamun
sebagai habitat (niche) dari komunitas biota dan 2. padang lamun sebagai sumber
makanan biota (KIKUCH1 &PERES 2016).
Krustasea
termasuk salah satu biota konsumen dipadang lamun. Beberapaamphipoda, isopoda
dan tanaidacea memakan detritus danrimpanglamun. Di samping itu beberapa
dekapoda memakandaun lamun, dan beberapa kepiting dengan ukuran besar memakan
moluska, polikhaeta danalgae yang menempel pada serasah lamun. Pada saat yang
sama, beberapa ikan memakan udang dan kepiting kecil. Hal ini dapat dikatakan
bahwa krusatasea berperan dalam rantai makanan (food chains)di laut (HATANAKA &
IIZUKA, 2014).
Kelompok
krustasea yang menghuni padang lamun terdiri dari berbagai taksa terutama
Amphipoda, Decapoda dan Stomatopoda. Amphipoda, dari suku Gammaridae, adalah
krustasea pemakan detritus dan busukan organik termasukdaun dan bagian lain
dari lamun. Decapoda yang diwakili oleh berbagai jenis udang(Macrura), kepiting
(Brachyura) dan kumang (Anomura) pada umumnya adalah binatang pemakan segala
(omnivora) dengankecenderungan ke arah pemakan daging (karnivora). Stomatopoda
merupakan pemangsa (predator) yang bergerak aktif mencari mangsa tapi merupakan
karnivora yang menunggu mangsanyauntuk diterkam. Krustasea mendiami berbagai
substrat dipadang lamun. Amphipoda pada umumnya mendiami substrat dasar yang
ditumbuhi oleh lamun atau algae bentik (BARNARD,2015).
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Senin
dan SelasaTanggal 8-9 April 2019 pada pukul 14.00- 16.00
WIB yang bertempat di Desa Kahyapu Kecamatan Enggano Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
- Transek
kuadrat 1 x 1 m - Buku
identifikasi terumbu karang
- Saringan -
Kamera
under water
- Tali
Plastik 20 meter - Fiber
- Plastic
untuk tempat contoh biota - Karton hitam
- Botol
aqua kosong -Alat
dasar selam
- Botol
sample -
Pensil
dan spidol permanen
- Ember 10 L -
Karton hitam
- Buku
identifikasi lamun -Penggaris
- Buku
identifikasi mangrove -Alat tulis
3.2.2 Bahan
-
Alcohol 70% atau formalin
-
Aquades 80%
3.3
Langkah Kerja
3.3.1
Mangrove
1. Menuju
lokasi yang telah ditetapkan untuk meneliti jenis mangrove.
2. Mengambil
gambar jenis mangrove dari daun, bunga, dan akar dengan menggunakan kamera.
3. Mengambil
sampel mangrove yang ada dan meletakkannya didalam kantung plastik yang telah
disediakan.
4. Mengambil
sampel biota yang berasosiasi di ekosistem mangrove yang ada.
5. Membawa
sampel untuk diidentifikasi.
6. Menyiapkan
kertas karton hitam dan penggaris untuk mengukur ukuran dari jenis mangrove
yang ada.
7. Mengukur
tiap jenis biotanya yang ada.
8. Mengambil
gambar dari hasil pengukuran tersebut.
9. Mengawetkan
biota yang berasosiasi pada ekosistem mangrove yang ada dengan ketentuan
alkohol sebanyak 70%. Hal ini dikarenakan agar awetan bisa bertahan lama, tidak
mudah hancur, dan menghilangkan bakteri yang ada.
10. Mengawetkan
awetan kering pada jenis mangrove yang ada.
3.3.2 Lamun
1. Menuju
lokasi yang telah ditetapkan untuk meneliti jenis lamun.
2. Mengambil
gambar jenis lamun dengan menggunakan kamera.
3. Mengambil
sampel lamun yang ada dan meletakkannya didalam kantung plastik yang telah
disediakan.
4. Mengambil
sampel biota yang berasosiasi di ekosistem lamun yang ada.
5. Membawa
sampel untuk diidentifikasi.
6. Menyiapkan
kertas karton hitam dan penggaris untuk mengukur ukuran dari jenis lamun yang
ada.
7. Mengukur
tiap jenis biotanya yang ada.
8. Mengambil
gambar dari hasil pengukuran tersebut.
9. Mengawetkan
biota yang berasosiasi pada ekosistem lamun yang ada dengan ketentuan alkohol
sebanyak 70%. Hal ini dikarenakan agar awetan bisa bertahan lama, tidak mudah
hancur, dan menghilangkan bakteri yang ada.
10. Mengawetkan
awetan kering pada jenis mangrove yang ada.
4.1.1Mangrove
Gambar
|
Klasifikasi
|
Daun mangrove
Batang mangrove
Substrat
mangrove
Akar mangrove
|
Kingdom
: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Acanthaceae
Genus : Avicennia
Spesies : Avicennia abba
|
Jenis keong
Gambar
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom : Animalia
Divisi : Molusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Vetigastropoda
Famili : Trochoidae
Genus : Gibbula
Spesies : Gibbula divaricata
|
Jenis
kerang
Gambar
|
Klasifikasi
|
Anadara pilula
|
Kingdom
: Animalia
Divisi : Molluska
Kelas : Bivalvia
Ordo : Pteriomorpha
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara
(Cunearca)
Pilula
|
Gambar 4.2Jenis
udang
Gambar
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom
: Animalia
Divisi : Arthropoda
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Sergestidae
Genus : Acetes
Spesies : Acetes indicus
|
Gambar
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom : Animalia
Divisi : Arthropoda
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla serrate
|
4.1.2 Lamun
Gambar 4.4 Jenis Lamun Enhalus
acoroides
Gambar
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus
acoroides
|
Gambar 4.5
Jenis Lamun Syringodium
isoetifolium
Gambar
|
Klasifikasi
|
Syringodium isoetifolium
|
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Famili : Cymodoceae
Genus : Syringodium
Spesies : Syringodium
Isotefifolium
|
Gambar 4.6 Substrat Lamun
Gambar
|
Keterangan
|
Substrat
Lamun
|
Ini merupakan substrat yang berpasir.
|
Gambar
4.7 Jenis
Sponge
Gambar
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom : Animalia
Divisi : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo : Asconasa
Famili : Ascanosae
Genus : Spongia
Spesies : Spongia officinalis
|
|
Kingdom : Animalia
Divisi : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo : Menaxonida
Famili : Monokondidacea
Genus : Chalina
Spesies : Chalina
Oculata
|
Gambar
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom : Animalia
Divisi : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Goblidae
Genus : Periothalamus
Spesies : Periothalamus
modemus
|
Gambar
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom : Animalia
Divisi : Percimorfes
Kelas : Chondrychtyes
Ordo : Percomorphi
Famili : Serranidae
Genus : Epinepheleus
Spesies : Epinepheleus
fuscoguttauss
|
Gambar 4.10 Jenis ikan buntal
Gambar
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom : Animalia
Divisi : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Tetraodontiformes
Famili : Tetraodontidae
Genus : Arothron
Spesies : Arothron meleagris
|
Gambar
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom : Animalia
Divisi : Chordata
Kelas : Chondrichthyes
Ordo : Orectolobiformes
Famili : Stegostomatidae
Genus : Stegostoma
Spesies : Stegostoma fasciatum
|
Gambar 4.12 Jenis kerang bulu
Gambar
|
Klasifikasi
|
Gambar
|
Kingdom : Animalia
Divisi : Molusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Taxodanta
Famili : Orcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara antiquate
Klasifikasi
|
|
Kingdom : Animalia
Divisi : Molusca
Kelas : Scapophoda
Ordo : Dentaliida
Famili : Dentaliidae
Genus : Dentalium
Spesies : Dentalium vulgare
|
Gambar 4.13Jenis
jenis keong
Gambar
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom
: Animalia
Divisi : Molluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Neogastropoda
Famili : Muricidae
Genus : Hexaplex
Spesies : Hexaplex truncus
|
Gambar
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom : Animalia
Divisi : Echinodermata
Kelas : Holothuroidae
Ordo :Aspidochirotida
Famili :Holothuridae
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria edulis
|
Gambar 4.15 Jenis ganggan
Gambar
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom : Protista
Divisi : Heterokonthophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Fucaceae
Genus : Fucus
Spesies : Vesiculosus
|
Gambar
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom : Protista
Divisi : Chrysophyta
Kelas : Xanthophyceae
Ordo : Heteroshiphonales
Famili : Vaucheriaceae
Genus : Vaucheria
Spesies : Vaucheria sessilis
|
Gambar 4.16 Jenis bintang
laut
Gambar
|
Klasifikasi
|
|
Kingdom : Animalia
Divisi : Echinodermata
Kelas : Asteroidae
Ordo : Platyesterida
Famili : Ophidlasteridae
Genus : Protoreaster
Spesies : Protoreaster nodosus
|
4.2 Pembahasan
Hutan mangrove adalah
kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai
sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung
garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah anaerob. Mangrore
berarti tanaman tropis dan komunitasnya yang tumbuh pada daerah intertidal.
Daerah intertidal adalah wilayah dibawah pengaruh pasang surut sepanjang garis
pantai, seperti laguna,estuarin, pantai dan river banks. Mangrovemerupakan
ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai pada pantai yang
berombak relatif kecil atau bahkan terlindung dari ombak, di sepanjang delta
dan estuarin yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur dari daratan (Sudiarta,2006).
Pada saat melakukan praktikum di lapangan kami mendapatkan satu jenis mangrove yaitu:
1.Avicennia abba
Belukar
atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian pohon mencapai 30 meter.
Memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau
berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu
halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil.
Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu (Qiptyah, 2008).
Bagian
atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian
bawah daun putih- abu-abu muda. Unit & Letak: sederhana & berlawanan.
Bentuk: elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik. Ujung: meruncing hingga
membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm.Seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul
di ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letak: di ujung atau ketiak
tangkai/tandan bunga. Formasi: bulir (2-12 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4,
kuning pucat-jingga tua, 5-8 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4.
Buah
agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan. Permukaan buah berambut halus
(seperti ada tepungnya) dan ujung buah agak tajam seperti paruh. Ukuran:
sekitar 1,5x2,5 cm.Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung,
memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut,
bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan
yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan
membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan tanah timbul.
Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat
tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka
pada saat telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah dapat juga terbuka karena
dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air.
Daun
digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar. Resin yang keluar dari kulit
kayu digunakan sebagai alat kontrasepsi. Buah dapat dimakan. Kayu menghasilkan
bahan kertas berkualitas tinggi. Daun digunakan sebagai makanan ternak.
Mangrove
dapat tumbuh dengan baik pada substrat berupa pasir, lumpuratau batu karang.
Namun paling banyak ditemukan adalah di daerah pantaiberlumpur, laguna, delta
sungai, dan teluk atau estuaria. Lahan yang terdekatdengan air pada areal hutan
mangrove biasanya terdiri dari lumpur dimanalumpur diendapkan. Tanah ini
biasanya terdiri dari kira-kira 75% pasir halus,sedangkan kebanyakan dari
sisanya terdiri dari pasir lempungyang lebih haluslagi. Lumpur tersebut melebar
dari ketinggian rata-rata pasang surut sewaktupasang berkisar terendah dan
tergenangi air setiap kali terjadi pasang sepanjangtahun.
Manfaat
dan fungsi ekologi mangrove yang terdiri atas berbagai perlindungan lingkungan
ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, diantaranya
sebagai proteksi dan abrasi/erosi gelombang atau angin kencang, pengendali
instrusi air laut, habitat berbagai jenis fauna, sebagai tempat mencari, memijah
dan berkembang biak berbagai jenis biota,
dan pembangunan lahan melalui proses sedimentasi. Berdasarkan fungsi
ekologinya sebagai habitat berbagai jenis fauna untuk mencari makanan, memijah
dan berkembang biak maka pada saat praktikum kami mendapatkan beberapa biota
diantaranya adalah:
1.Jenis Kelomang Gibulla
divaricate
Ciri-ciri kelomang coklat:
-
Memiliki kaki serta
capit yang cenderung lebih panjang dan ramping daripada jenis lainnya
-
Berwarna coklat campur
dengan putih (biasa ditemukan di Jawa, Sumatra) namun juga ada yang coklat full
-
Antennule berwarna
merah kecoklatan
-
Tangkai mata berwarna
putih atau coklat
-
Senang sekali memakai
cangkang dengan ulir panjang
-
Tidak memiliki stidulatory ridge
-
Kelomang ini cukup
sulit karena perlu cangkang dengan ulir panjang, meskipun tidak semuanya. Dia
juga termasuk kelomang yang jarang sekali keluar
Gibulla
divaricata ini kami dapatkan ketika praktikum di
hutan mangrove, kelomang ini terdapat pada genangan air disekitar akar
mangrove.
2.Jenis Kerang Anadara pilula
Anadara
pilula termasuk ke dalam salah satu kelas dari
phylum molusca, yaitu kelas bivalvia. Secara umum bagian tubuh kekerangan
dibagi menjadi lima, yaitu (1) kaki (foot, byssus), (2) kepala (head),
(3) bagian alat pencernaan dan reproduksi (visceral mass), (4) selaput (mantle),
dan (5) cangkang (shell). Pada bagian kepala terdapat
organ-organ syaraf sensorik dan mulut. Bagian kaki merupakan otot yang mudah
berkontraksi, dan bagian ini merupakan bagian utama alat gerak. Warna dan
bentuk cangkang sangat bervariasi, tergantung pada jenis, habitat dan
makanannya (Lasibani, 2009).
Anadara pilula
memiliki tubuh pipih secara lateral dan seluruh tubuh tertutup dua keping
cangkang yang berhubungan di bagian dorsal dengan adanya hinge ligament
yaitu semacam pita elastik yang terdiri dari bahan organik seperti zat tanduk (conchiolin)
sama dengan periostrakum, bersambungan dengan periostrakum cangkang.
Kedua
keping cangkang pada bagian dalam ditautkan oleh sebuah otot aduktor anterior
dan sebuah otot aduktor posterior, yang bekerja secara antagonis dengan hinge
ligament. Ketika otot aduktor rileks, ligament berkerut maka kedua keping
cangkang akan terbuka, demikian sebaliknya. Guna mempererat sambungan keping
cangkang, di bawah hinge ligament terdapat gigi atau tonjolan pada
keping yang satu.
Periostrakum
merupakan lapisan paling luar, dan menutupi dua lapisan kapur atau lebih di
bawahnya (di dalam). Lapisan kapur tersebut terdiri dari argonit dan calcite,
yang tersusun sebagai bentuk prisma, bilah–bilah (lath), atau lembaran–lembaran
(mutiara), bentuk lensa atau bentuk lain yang lebih kompleks. Semua
bentuk–bentuk tersebut ada tertanam dalam suatu kerangka (seperti disemen).
Mantel
pada Anadara pilula
berbentuk seperti jaringan tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak
di bawah cangkang. Pada lipatan bagian tepi terdapat tiga lipatan dalam, tengah
dan luar. Lipatan dalam adalah yang paling tebal, dan berisi otot radial dan
otot melingkar. Lapisan tengah mengandung alat indra. Lapisan luar sebagai
penghasil canAnadara pilula ini kami dapatkan ketika praktikum di hutan
mangrove, kerang ini menempel pada batang dan akar mangrove.
3.Jenisudang Acetes
indica
Udang
rebon memiliki nama ilmiah Acetes indicus tetapi ada pula referensi yang
menyebutnya Acetes japonicus. Pada zamannya udang rebon dikenal di mancanegara
sebagai terasi shrimp. Disebut “rebon” bukan karena udang ini berasal dari
Cirebon, tetapi karena ukurannya yang sangat kecil
Udang
rebon merupakan jenis udang yang berukuran kecil dengan ukuran antara 1-3 cm.
secara fisik, bentuk udang rebon sama dengan udang pada umumnya. Tetapi udang
rebon memiliki ciri khusus, yaitu memilki garis coklat-kemerahan di ruas
tubuhnya.Udang Rebon merupakan jenis udang berukuran kecil yang hidup
diperairan pantai yang dangkal dan berlumpur serta merupakan jenis udang yang
memiliki sifat fototaksis positif.Fototaksis positif adalah tingkah laku udang
yang tertarik untuk mendekati sumber cahaya.
Udang rebon mengalami molting, yaitu fase pergantian
kulit, dalam hal ini eksoskeleton.Proses molting terjadi dikarenakan udang
memiliki eksoskeleton yang tidak elastis.Proses molting mengkibatkan udang
mengalami peningkatan ukuran tubuh. Fase molting merupakan fase yang
rentan/kritis, karena udang rentan terhadap serangan udang lain. Ketika
molting, udang berada dalam kondisi yang lemah, kulit luar belum mengeras.
Udang rebon pada saat molting mengeluarkan cairan molting yang mengandung asam
amino, enzim dan senyawa organik hasil dekomposisi parsial eksoskeleton yang
baunya sangat merangsang nafsu makan udang. Hal tersebut bisa membangkitkan
sifat kanibalisme udang yang sehat.
Di
Indonesia, udang jenis ini disebut rebon. Sedangkan di mancanegara, lebih
dikenal dengan nama terasi shirmp, karena udang asli Indonesia ini jarang
sekali dikonsumsi segar. Tapi lebih sering dinikmati dalam bentuk olahan
seperti abon, kerupuk udang maupun terasi.Tubuh Udang bersegmen (beruas) dan
terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut).
Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior
(ujung belakang)nya sempit.Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut
yaitu 2 pasang antenna dan1 pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya 1
pasang maksilla 1 pasang maksillipedMaksilla dan maksiliped berfungsi untuk
menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki
(satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak
atau ‘menempel’ di dasar perairan.
Dibalik bentuknya yang mungil itu tersimpan manfaat
luar biasa bagi balita. Dalam 100 gram udang rebon segar itu mengandung protein
sekitar 16,2 gram. Kadungan ini hampir sama dengan kandungan protein pada udang
segar. Karena itu anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan disarankan
banyak mengkonsumsi udang rebon.Bahkan udang rebon efektif dalam memperbaiki
gizi bagi anak malnutrisi (kurang gizi).
Rebon sangat baik bagi anak dibawah umur satu
tahun.Satu sendok makan rebon dapat memenuhi kebutuhan proteinnya. Secara umum,
kebutuhan kalori pada balita itu sekitar 400 hingga 600 kalori, dan untuk
protein biasanya 15 sampai 25 gram.
Pada anak-anak, protein sangat berperan dalam
perkembangan sel otak.Sengkan pada orang dewasa, bila tejadi luka atau memar,
protein dapat membangun kembali sel-sel yang rusak. Protein juga bisa menjadi
bahan untuk energi bila keperluan tubuh akan karbohidrat dan lemak tidak
terpenuhi. Protein pada udang rebon temasuk protein lengkap karena memiliki
semua asam amino esensial.
4.Jenis Kepiting Scylla serrata
Kepiting (Scylla
serrata) adalah hewan yang mempunyai abdomen
yang kecil dan terlipat di bawah tubuhnya. Mereka mempunyai lima pasang kaki.
Sepasang kaki yang pertama berujung capit dan lebih besar daripada kaki yang
lainnya. Pasangan terakhir kaki jalannya sering berbentuk pipih dan dipakai
sebagai alat untuk berenang.
Kepiting
biasanya berjalan atau merangkak dengan aneh, yaitu dengan gaya berjalan ke
samping. Hewan ini pada umumnya memakan beraneka makanan meliputi bangkai hewan
dan tumbuhan mati. Terdapat banyak sekali jenis kepiting di berbagai bagian
dunia. Kebanyakan hidup dalam laut, beberapa jenis terdapat dalam air tawar,
beberapa jenis lagi hidup di darat. Kepiting yang bertempat dalam air bernafas
dengan insang yang terletak dalam rongga yang berapa dalam sisi tubuhnya.
Rongga-rongga ini lebih besar pada jenis yang menghuni daratan karena berfungsi
sebagai paru-paru (BARNARD,1971).
Scylla serrata
ini kami dapatkan ketika praktikum di hutan mangrove, kelomang ini terdapat
pada genangan air disekitar akar mangrove.
4.1.2Padang Lamun
Lamun
atau secara internasional dikenal sebagai seagrass, merupakan tumbuhan
tingkat tinggi dan berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya
menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut dangkal. Keberadaan bunga dan
buah ini adalah faktor utama yang membedakan lamun dengan jenis tumbuhan laut
lainnya, seperti rumput laut (seaweed). Hamparan lamun sebagai ekosistem
utama pada suatu kawasan pesisir disebut sebagai padang lamun (seagrass bed).
Lamun
atau seagrass merupakan tumbuhan berbunga yang sepenuhnya menyesuaikan diri dengan hidup terbenam
dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari rhizome
(rimpang), daun, dan akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar, serta berbuku-buku.
Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan
berbunga, serta tumbuh akar. Dengan rhizome dan akar inilah tumbuhan tersebut
menampakkan diri dengan kokoh di dasar laut sehingga tahan terhadap hempasan
ombak dan arus (Dorenbusch,2004).
Lamun sebagian
besar berumah dua, yaitu dalam
satu tumbuhan hanya ada satu bunga
jantan saja atau satu bunga betina saja. Sistem pembiakan bersifat khas karena mampu melakukan
penyerbukan di dalam air (hydrophilous pollination) dan buahnya juga
terbenam di dalam air.
Lamun tumbuh
subur terutama di daerah pasang surut
terbuka serta perairan
pantai yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan dengan karang mati dengan kedalaman 4 m.
Dalam perairan yang sangat jernih,
beberapa jenis lamun bahkan di temukan tumbuh sampai kedalaman 8-15 m dan 40 m. Tumbuhan ini
memiliki beberapa sifat yang memungkinkan hidup di lingkungan laut, yaitu
mempunyai sistem perakaran
jangkar yang berkembang dengan baik, mempunyai kemampuan untuk berkembang biak
secara generatif dalam keadaan terbenam, dan dapat berkompetisi dengan organisme lain dalam keadaan stabil
ataupun tidak stabil pada lingkungan laut (Menzies, 1967).
Di seluruh dunia
telah di identifikasi terdapat 60 jenis lamun, 13 di antaranya di temukan di Indonesia. Pada saat kami
melaksanakan praktikum di Pulau Enggano
kami menemukan 3 jenis lamun dari 4 jenis lamun yang ada di Pulau Enggano yaitu :
1.Enhalus
acoroides
Jenis lamun ini tumbuh pada
substrat berlumpur dan perairan keruh, dapat membentuk jenis tunggal atau
bahkan mendominasi komunitas padang lamun.Ciri – ciri morfologi dari Enhalus
acoroides adalah :
-
Bentuk fisiknya paling
besar dibanding spesies lamun yang lain.
-
Daun berwarna hijau
pekat.
-
Daunnya panjang dan
kebar seperti sabuk.
-
Lebar daun + 3
cm.
-
Panjang daun berkisar
antara + 30 – 150 cm.
-
Rimpangnya berdiameter
lebih dari 1 cm
2.Syringodium isoetifolium
Lamun jenis ini memiliki daun yang
pendek sekitar 5 - 10 cm, meskipun ditemukan pula daun yang tumbuh hingga
sepanjang 50 cm. Daun dari lamun ini berbea dari yang lain, karena bentuknya
yang silindris menyerupai mie, sehingga dalam Bahasa Inggris seringkali disebut
sebagai Noodle Seagrass. Lamun ini memiliki sekitar 2 - 3 helai daun
dalam satu batang. Lamun ini memiliki perbungaan yang kompleks, dimana bunganya
tumbuh dari cabang - cabang utama. Buah dari tanaman ini menyerupai biji kacang
yang kecil dan keras. Lamun dari jenis ini dapat dijumpai di hampir semua
perairan dangkal yang tenang di seluruh Indonesia. Umumnya di jumpai didaaerah
subtidal dangkal dan memiliki substrat yang berlumpur.Sehingga pada saat
praktikum lapangan kami menemukan beberapa jenis biota seperti:
1.Spongia
officinalis
Spongiza officinalis
termasuk ke dalam filum Porifera karena memiliki bentuk tubuh yang asimetris,
tubuhnya berlubang-lubang (berpori), dan memiliki saluran air yang terdiri dari
ostium (tempat masuknya air), osculul (tempat keluar air). Clathria sp. dimasukkan ke dalam
kelas Demospongiae karena memiliki sponges dengan sponging atau sponging.
Spongia
officinalismemiliki warna tubuh orange gelap. Memiliki tipe
kanal leucon yaitu tipe kanal yang paling rumit. Ostium membentuk kanal-kanal
incurrent yang tidak semuanya memiliki choanocytes sehingga tidak semua kanal
dilengkapi oleh flagella. Aliran air secara selektif dipompa melalui
kanal-kanal tertentu (air hanya melewati kanal yang berflagella), dan
dikeluarkan melalui beberapa bukaan oskulum. Spongia sp ini kami temukan di antara padang lamun yang tertimbun
didalam pasir.
2.Chalina
oculata
Chalina
oculata memiliki bentuk tubuh yang kaku seperti
potongan bambu yang kadang bercabang pada lapisan epidermis terdapat pori-pori
tersusun atas spikula yang tersusun atas spikula yang tersusun ataskalsium
karbonat silikat. Memiliki bentuk tubuh yang kaku seperti potongan bambu yang
kadang bercabang pada lapisan epidermis terdapat pori-pori tersusun atas
spikula yang tersusun atas spikula yang tersusun ataskalsium karbonat silikat.
Makanan yang terbawa arus air akan masuk kedalam tubuh dan melewati ruangan
yang bersel kheanosit maka disitulah terjadi proses penyaringan perlu diketahui
bahwa chalina oculata memiliki system saluran yang paling sederhana.
Secara aseksual dengan cara
pembentukan tunas yang menempel pada induknya yang membantu dalam seksual
dengancara pembelahan sel telur sel gametdibentuk oleh oikeositdidalam
koanosit. Chalina oculata ini kami
temukan di antara padang lamun yang tertimbun didalam pasir.
3.Ikan
Glodok (Periothalamus modemus)
Ikan
Gelodok adalah jenis ikan yang bisa merangkak
naik ke darat atau bertengger pada akar-akar pohon bakau. Karena kemampuan ini,
ikan glodok disebut juga ikan tembakul. Ikan ini hidup di zona pasang surut di
lumpur pantai yang ada pohon-pohon bakaunya. Gelodok/tembakul adalah jenis ikan
dari beberapa marga yang termasuk ke dalam anak suku Oxudercinae. Ikan-ikan ini
senang melompat-lompat ke daratan, terutama di daerah berlumpur atau berair
dangkal di sekitar hutan bakau ketika air surut. Nama-nama lainnya adalah
timpakul, tempakul, gelodok, belodok, belodog, atau blodog, atau belacak
(bahasa Melayu), gabus laut,lunjat, dan mudskipper (bahasa Inggris). Ikan
Gelodok/tembakul hanya dijumpai di pantai-pantai beriklim tropis dan subtropis
di wilayah Indo-Pasifik sampai ke pantai Atlantik Benua Afrika. Ikan ini
termasuk ikan yang paling tahan terhadap kerusakan lingkungan hidup dan dapat
tetap hidup dalam kondisi yang memprihatinkan sekalipun (Poinir, 1986).
Ikan gelodok yang tergolong anggota
Famili Gobidae Subfamili Oxudercinae terbagi menjadi 10 genus dan 35 spesies
yang sebagian besar terdistribusi di wilayah Indo-Pasific dan Oceania. Anggota
Subfamili Oxudercinae ini mempunyai beberapa perbedaan dan persamaan struktur
tubuh serta pola hidup di daerah terestrial dan di daerah akuatik. Spesies ikan
gelodok yang masuk anggota Genus Boleophthalmus, Periophthalmodon,
Periophthalmus, dan Scartelaos, disebut sebagai Mudskippers karena mempunyai
beberapa karakteristik seperti kehidupan amfibi yaitu pada alat penglihatan,
alat pernapasan dan pergerakan di darat. Ikan gelodok juga disebut sebagai
Amphibious Fish karena sejarah hidupnya mampu berada di dalam dan di luar
air.
Periophthalmus
variabilis dan Boleophthalmus boddarti adalah jenis Mudskippers yang mempunyai
kemampuan untuk berjalan, memanjat dan melenting ketika berada di darat. Ikan
ini menggunakan sirip pektoral, sirip pelvik dan sirip kaudal sebagai alat
gerak ketika berada di darat dan di air. Habitat yang berbeda tentu
mempengaruhi pola adaptasi dan struktur sirip yang berbeda pada ikan gelodok.
Pada daerah akuatik didominasi oleh adanya tekanan air sedangkan di daerah
terestrial didominasi oleh adanya tekanan gravitasi. Terdapat pola atau
struktur tertentu 2 pada sirip pelvik ikan gelodok untuk menyesuaikan habitat
tersebut supaya dapat bergerak dengan baik.
Morfologi
dan bentuk muka ikan ini sangatlah khas. Kedua matanya menonjol di atas kepala
seperti mata kodok, wajah yang dempak, dan sirip-sirip punggung yang terkembang
menawan. Badannya bulat panjang seperti torpedo, sementara sirip ekornya
membulat. Panjang tubuh bervariasi mulai dari beberapa sentimeter hingga
mendekati 30 cm. Keahlian yang dimiliki ikan yang satu ini, selain dapat
bertahan hidup lama di daratan (90% waktunya dihabiskan di darat), ikan gelodok
dapat memanjat akar-akar pohon bakau, melompat jauh, dan ‘berjalan’ di atas
lumpur. Sebenarnya kaki yang dimiliki ikan glodok ini adalah sirip dadanya yang
telah mengalami adaptasi, sehingga menjadi kuat, dan bisa digunakan untuk berjalan
di lumpur mangrove. Pangkal sirip dadanya berotot kuat, sehingga sirip ini
dapat ditekuk dan berfungsi seperti lengan untuk merayap, merangkak dan
melompat.
Daya
bertahan di daratan ini didukung pula oleh kemampuannya bernafas melalui kulit
tubuhnya dan lapisan selaput lendir di mulut dan kerongkongannya, yang hanya
bisa terlaksana dalam keadaan lembab. Oleh sebab itu glodok setiap beberapa
saat perlu mencelupkan diri ke air untuk membasahi tubuhnya. Ikan gelodok
Periophthalmus koelreuterisetiap kalinya bisa bertahan sampai 7-8 menit di
darat, sebelum masuk lagi ke air. Di samping itu, gelodok juga menyimpan
sejumlah air di rongga insangnya yang membesar, yang memungkinkan insang untuk
selalu terendam dan berfungsi selagi ikan itu berjalan-jalan di daratan. Yang
menarik ketika berenang, kedua mata ikan glodok ini tetap muncul di permukaan
mirip periskop kapal selam dan kedua matanya mampu bergerak secara independent,
jadi yang satu bisa melihat ke kiri dan yang lainnya bisa melihat ke kanan pada
saat bersamaan. Selain itu, juga karena berada di luar rongga kepala, mata yang
mereka miliki mampu melihat ke segala arah alias dapat berputar 360 derajat.
Hidup
di wilayah pasang surut, gelodok biasa menggali lubang di lumpur yang lunak
untuk sarangnya. Lubang ini bisa sangat dalam dan bercabang-cabang, berisi air
dan sedikit udara di ruang-ruang tertentu. Ketika
air pasang naik, gelodok umumnya bersembunyi dilubang-lubang ini untuk
menghindari ikan-ikan pemangsa yang berdatangan. Bila air surut ikan glodok banyak
terlihat keluar dari air, merangkak atau melompat lompat di atas lumpur dan
jika air pasang ia masuk ke hutan bakau, baru turun kembali ke lumpur-lumpur
pantai bila air telah surut atau ia bersembunyi pada lubang-lubang sarangnya.
Perilaku ikan gelodok yang mampu berada di
darat dan di air menyebabkan ikan ini memerlukan struktur alat gerak khusus
yang tersusun atas tulang, otot dan persendian yang mampu menunjang
pergerakannya. Sirip pektoral ikan gelodok memiliki otot yang berbeda
dibandingkan otot pada ikan lainnya. Contohnya pada sirip pektoral mudskipper,
otot abduktor superficialis terbagi menjadi dua bagian dengan salah satu
berinsertio pada jari-jari sirip dorsal dan yang lainnya berinsertio pada
jari-jari sirip ventral (pelvik). Adanya otot ini menyebabkan mudskipper mampu
mengontrol dan menggerakkan sirip pektoralnya secara fleksibel ketika bergerak.
Ikan
gelodok ketika di darat mempunyai 2 aktifitas, yaitu bergerak di lumpur dengan
loncatan pendek dimana kedua sirip pektoralnya mengayun kedepan sementara
tubuhnya mempertahankan posisi kaku, dan aktifitas yang khas yaitu mampu
memanjat akar maupun batu dengan bantuan sirip pelviknya yang memegangi badan
melawan gravitasi. Gerakan ini menghasilkan daya hisap (sucker) sementara sirip
pektoralnya menjangkau dan menarik tubuhnya keatas (memanjat).
4.Ikan kerapu Spinepheleus fuscoguttaus
Ikan kerapu adalah salah satu jenis
ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena mempunyai gizi yang
tinggi.Daerah penyebaran ikan kerapu macan dimulai dari Afrika Timur, kepulauan
Ryukyu (Jepang selatan), Australia, Taiwan, Mikronesia dan Polinesia, sedangkan
di Indonesia ikan kerapu banyak ditemukan di perairan pulau Sumatra, Jawa,
Sulawesi, Pulau Buru, Ambon dan indikator adanya kerapu adalah perairan
karang. Siklus hidupnya kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan
kedalaman 0,5-30 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih
dalam antara 7,0-40 m. Perpindahan ini berlangsung pada siang dan senja hari.
Larva bersifat pelagis sedangkan kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal
dan habitat favorit larva kerapu muda adalah pantai dekat muara sungai dengan
dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Parameter kualitas air
yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperatur antara 27-29 0C,
salinitas antara 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut 5 ppm, pH antara 8,0-8,2
dan perairan dengan kondisi tersebut pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang.
Morfologi ikan kerapu macan memiliki
ciri-ciri antara lain adalah sebagai
berikut: Bentuk badan memanjang gepeng (compressed) atau agak
membulat.Mulut lebar serong ke atas dengan bibir baeah menonjol keatas.Rahang
bawah dan atas dilengkapi dengan gigi-gigi geratan berderet dua baris, lancip
dan kuat serta ujung luar bagian depan adalah gigi-gigi yang terbesar.Sirip
ekor membuat (rounded), sirip punggung memanjang dimana bagian
jari-jarinya yang keras berjumlah kurang lebih sama dnegan jari-jari
lunaknya.Jari-jari sirip keras berjumlah 6-8 buah, sedangkan sirip dubur
berjumlah 3 buah dan jari-jari sirip ekor berjumlah 16-17.Warna tubh adalah
sawo matang, perut bagian bawah agak keputihan dan pada badannya tertadapat
titip berwarna merah kecoklatan serta tampak pula 4-6 baris warna gelap yang melintang
hingga ke ekornya.Badan di tutupi oleh sisik kecil, mengkilat dan memiliki
ciri-ciri loreng.Panjang standar untuk ikan dewasa 11-55 cm.
Habitat dari ikan kerapu adalah bermacam macam, ada di
terumbu karang, batu batu pinggiran pantai dan lamun.Untuk hatibat yang dilamun
itu terjadi karena ikan kerapu melakukan pemijahan terhadap telur telur nya,
dan juga untuk mencari makan.
5.Ikan buntal Arothrun meleagris
Ikan buntal
adalah jenis ikan permukaan yang memiliki duri dibagian punggungnya.Ikan ini mempunyai
warna yang beragam ragam. Ikan ini akan mengambang bila dirinya merasa
terancam.
Morfologi pada
ikan buntal adalah:
· Memiliki gigi-gigi yang tajam
· Memiliki racun Tetrodotoksin
(TTX) pada duri-durinya
· Mampu mengembang/membesarkan
dirinya dan mengeluarkan duri-duri tajam
· Umumnya berwarna coklat dengan
totol-totol putih pada bagian
tubuhnya
·
Memiliki bentuk gigi seperti gigi kelinci
· Memiliki sirip punggung meskipun
jarang terlihat ketika ikan
Buntal saat mengambang
· Memiliki sirip bawah
· Bentuk tubuh
membulat seperti bola
Habitat dari ikan buntal adalah di
ekosistem padang lamun, dasar perairan, ikan buntal sering naik ke permukaan
yaitu untuk mencari makan.
6.Ikan cucut Stegostroma fasciation.
Ikan cucut memiliki gigi yang banyak,
tajam dan runcing serta berbaris condong kedalam sehingga mangsa yang sudah di
terkamnya susah untuk melepaskan diri. Cucut hidup di paisan air bagian atas
atau permukaan air. Ikan cucut merupakan pemakan ikan segala sesuatu yang bisa
dimakan (omnivora). Makanan ikan cucut tidak terbatas mulai dari ikan kecil,
ikan besar, kepiting, cumi-cumi, dan
penyu.
Beberapa
ikan cucut hampir mempunyai bentuk tubuh yang relatif sama yaitu fusiform,
kecuali beberapa famili seperti famili Rhinidae, Rhynchobatidae, Sphymidae dan
Squantinidae.
Bentuk kepala meliputi : panjang kepala, bentuk moncong, bentuk mulut, besar dan kecil mata, letak mata, gigi, ada tidaknya spirakel, dan ada tidaknya labial furrow.
Bentuk sirip meliputi bentuk sirip (kerucut atau membulat) panjang dan lebar sirip, keberadaan sirip (dorsal (1,2), pectoral, anal dan caudal fin), jarak antara sirip.
Bentuk kepala meliputi : panjang kepala, bentuk moncong, bentuk mulut, besar dan kecil mata, letak mata, gigi, ada tidaknya spirakel, dan ada tidaknya labial furrow.
Bentuk sirip meliputi bentuk sirip (kerucut atau membulat) panjang dan lebar sirip, keberadaan sirip (dorsal (1,2), pectoral, anal dan caudal fin), jarak antara sirip.
Ikan Cucut
dapat hidup di berbagai tempat, ada yang hidup di perairan laut dalam, di
permukaan atau di perairan dang- kal. Penangkapan hiu umumnya dilakukan dengan
pancing (handline), rawai (long line), jaring insang (gill net), pukat (trawl)
dan dapat juga dengan pancing tonda. Penang- kapan hiu di Indonesia setiap tahun
mening- kat jumlahnya.
Tidak seperti jenis he wan lain,
hampir seluruh tubuh cucut dimanfaatkan, mulai dari daging, bisa hati,
tulang-tulang sampai pada siripnya tidak ada yang dibuang.
Dibandingkan dengan jenis ikan lain, maka ikan cucut merupakan ikan yang serba guna. Hampir semua bagian tubuhnya mulai dari ujung kepala sampai ujung ekornya dapat dimanfaatkan, juga termasuk "jeroan" atau organ dalamnya. Bagian tubuh yang terpenting yang mempunyai nilai ekonomi penting (paling tinggi) adalah sirip dan hati- nya. Bagian-bagian yang lain merupakan bagian yang kurang begitu penting ditinjau dari segi komersial saat ini. Akan tetapi sebetulnya dapat dimanfaatkan secara lebih efisien, agar bernilai guna tinggi.
Dibandingkan dengan jenis ikan lain, maka ikan cucut merupakan ikan yang serba guna. Hampir semua bagian tubuhnya mulai dari ujung kepala sampai ujung ekornya dapat dimanfaatkan, juga termasuk "jeroan" atau organ dalamnya. Bagian tubuh yang terpenting yang mempunyai nilai ekonomi penting (paling tinggi) adalah sirip dan hati- nya. Bagian-bagian yang lain merupakan bagian yang kurang begitu penting ditinjau dari segi komersial saat ini. Akan tetapi sebetulnya dapat dimanfaatkan secara lebih efisien, agar bernilai guna tinggi.
6.KerangAnadar Antiquata
Seperti kerang pada umumnya, kerang
bulu merupakan jenis bivalvia yang hidup pada dasar perairan dan mempunyai ciri
khas yaitu ditutupi oleh dua keping cangkang (valve) yang dapat dibuka dan
ditutup karena terdapat sebuah persendian berupa engsel elastis yang merupakan
penghubung kedua valve tersebut.
Kerang bulu mempunyai dua buah
cangkang yang dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam
tubuhnya. Cangkang pada bagian dorsal tebal dan bagian ventral tipis. Cangkang
ini terdiri atas 3 lapisan, yaitu
-
Periostrakum adalah
lapisan terluar dari kitin yangberfungsi sebagai pelindung.
-
Lapisan prismatic
tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma.
-
Lapisan nakreas atau
sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat)
yang tipis dan paralel.
Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian cangkang yang
paling tua. Garis-garis melingkar sekitar umbo menunjukan pertumbuhan cangkang.
Mantel pada pelecypoda berbentuk jaringan yang tipis dan lebar, menutup seluruh
tubuh dan terletak di bawah cangkang. Beberapa kerang ada yang memiliki banyak
mata pada tepi mantelnya. Banyak diantaranya mempunyai banyak insang. Umumnya
memiliki kelamin yang terpisah, tetapi diantaranya ada yang hermaprodit dan
dapat berubah kelamin.
Kakinya berbentuk seperti
kapak pipih yang dapat dijulurkan keluar. Kaki kerang berfungsi untuk merayap
dan menggali lumpur atau pasir. Kerang bernafas dengan dua buah insang dan
bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak
mengandung batang insang. Antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel yang
merupakan jalan keluar masuknya air.Anadara
granosa ini kami temukan diantara padang lamun dan tertimbun pasir.
7.KerangDentalium antiuate
Kerang gading (tusk shells)
merupakan sebutan bagi kelas dari filum moluska yang bernama scaphopoda.
Scaphopoda merupakan anggota dari kelompok moluska lautan dengan distribusinya
yang tersebar di seluruh dunia, serta satu-satunya kelompok moluska laut yang
hidupnya infaunal (berada di dalam substrat). Ukuran dari spesies ini memiliki
panjang berkisar antara 0.5 - 15 cm. Anggota dari ordo Dentaliida biasanya
memiliki ukuran lebih besar dibandingkan ordo Gadilida. Jenis moluska ini hidup
di dalam substrat lembut di lepas pantai (biasanya tidak di wilayah intertidal).
Akibat habitatnya yang tersembunyi di dalam substrat.
Dentalium hidup di dalam sedimen
laut sama seperti scaphopoda pada umumnya. Memakan organisme mikroskopik, dan
terkadang memakan zooplankton dan materi-materi kecil. Scaphopoda merupakan
anggota dari kelompok moluska lautan dengan distribusinya yang tersebar di
seluruh dunia, serta satu-satunya kelompok moluska laut yang hidupnya infaunal
(berada di dalam substrat).
8.Keong Hepalex truncus
Hepalex
truncus merupakan hewan bertubuh lunak
(Moluska) yang tidak memiliki tulang belakang. tubuhnya dilindungi oleh
cangkang dari bahan kapur yang kuat dan didalmnya mengandung lapisan mutiara .
Cangkang bekicot terpilin Spiral (Body whorl) dengan jumlah putaran tujuh
,bentuk cangkang fusiform ,
tidak memiliki tutup cangkang (Operculum). Warna cangkang coklat dengan
pola-pola garis gelap di permukaannya. Ciri – cirinya yaitu :
-
Kerucut dari tabung
yang melingkar seperti konde (gelung, whorl).
-
Puncak kerucut
merupakan bagian yang tertua, disebut apex.
-
Sumbu kerucut disebut
columella.
-
Gelung terbesar disebut
body whorl dan gelung-gelung di atasnya disebut spire (ulir).
-
Alat indera pada keong
meliputi mata, tentakel, osphradia dan statocyt.
-
Berkaki lebar dan pipih
pada bagian ventral tubuhnya.
-
Bergerak lambat menggunakan
kakinya.
9.TeripangHolountira edulis
Teripang Hitam (Holothuroidea
edulis) secara morfologi memiliki penampang tubuh bulat, sisi ventral yang
cenderung datar, dan lubang anus yang bulat. Podia / kaki tabung yang terletak
pada bivium jarang: podia pada bagian trivium berjumlah banyak, pendek dan
gemuk, tersebar pada radii dan interadii. Mulut terletak di bagian
ventral, dikelilingi oleh 20 tentakel berwarna abu-abu. Anus terletak pada
subdorsal. Cubierian tubule (CT) tidak ada. Terdapat karakteristik
warna hitam atau jalur-jalur gelap pada bagian mediodorsal, warna dibagian lateral
lebih terang, trivium mempunyai warna lebih terang dengan bintik-bintik kecil
berwarna hitam.Teripang ini ditemukan di daerah perairan lamun dan berkarang, substrat
pasir kasar dan tubuhnya diselimuti oleh pasir halus.
10.Alga coklat Vesiculous
Phaeophyta (Alga Coklat) mengandung
pigmen xantofil – fucoxanthin, selain klorofil a dan c. Oleh karena itu,
anggota Phaeophyta menunjukkan karakteristik warna kehijauan-coklat. Pigmen
berwarna coklat sangat penting untuk adaptasi Phaeophyta di laut dalam dan samudera.Phaeophyta
biasanya disesuaikan dengan lingkungan laut, hanya beberapa Phaeophyta yang
merupakan spesies air tawar. Bahkan, sebagian besar Phaeophyta yang dominan di
zona beriklim belahan bumi utara, sedangkan beberapa spesies ditemukan di
perairan tropis yang hangat. Sampai sekarang, sekitar 1500-2000 spesies alga
coklat diidentifikasi di seluruh dunia.
Penyebaran dari
alga coklat ini adalah perairan dalam yang masuk kedalam zona fotik, dan ada
juga yang hidup diperairan pasang surut (Rashed, 1955).
11.Alga
hijau kuning Vaucheria sessilis
Vaucheria sessilis
mengandung pigmen fotosintesis klorofil a dan c, tapi ganggang kuning-hijau
juga mengandung pigmen fucoxanthin karotenoid.Pada banyak chrysophyta dinding
sel terdiri dari selulosa dengan jumlah kandungan silika lebih besar. Beberapa
spesies berbentuk ameboid tanpa dinding sel. Produk penyimpanan makanan
chrysophyta adalah minyak atau laminarin polisakarida.Ciri-ciri
alga keemasan adalah sebagai berikut:
Struktur tubuh ada yang bersel satu
atau bersel banyak berupa benangBerwarna kuning sampai agak pirang
keemasanKloroplas kecil-kecil berbentuk cakram atau lembaranSelain klorofil,
alga keemasan mengandung beberapa macam karotin.Habitatnya di tempat-tempat
yang basah dan di air tawar maupun air laut.
12.Bintang laut Prostoreaster notosus
Protoreaster
nodosus termasuk dalam kelas Asteroidea, dimana tubuhnya berbentuk bintang
dengan 5 lengan. Berwarna merah tua dan memiliki duri disetiap lengannya yang
berwarna hitam. Pada bagian tengah dorsalnya terdapat anus dan memiliki
amburakral dan pedicellaris sebagai modifikasi duri. Memiliki kaki tabung
berpenghisap, sisi aboralnya tertutup duri-duri halus. Habitat dari bintang laut ini dapat ditemukan
di dasar laut dan ekosistem terumbu karang,
dan lamun.
BAB V
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa mangrove, dan lamun memiliki banyak keguanaan yang
sangat penting bagi kehidupan biota-biota laut yang ada seperti untuk tempat
pemijahan, tempat mencari makan,tempat
berlindung dan tempat berkembang biak.
Ekosistem
mangrove, dan
lamun mempunyai keterkaitan ekologis (hubungan fungsional), baik dalam nutrisi
terlarut, sifat fisik air, partikel organik, maupun migrasi satwa dan dampak
kegiatan manusia.
Dari tempat kami praktikum kami menemukan satujenis
mangrove yaitu Avicennia abba.Adapun
hewan yang berasosiasi adalah keong
kerucut Gibulla divaricata,
kerang Anadara pilula, udang Aceter
indicus, dan kepiting Scylla serrata. Didalam
ekosistem mangrove kami mendapat substratnya yaitu substrat berlumpur.Zonasi
mangrove yang kami lihat mulai dari luar kedalam adalah Bruguiera cyndrica dan Avicennia
abba.
Pada lamun terdapat
beberapa jenis lamun yang ditemukan di Pulau Enggano Desa Kahyapu yaitu Enhalus acoroides, danSyringodium
isoetifolium. Dan hewan
hewan yang kami temukan adalah jenis sponge spongia
officinalis dan chalina oculate, ikan
beledok perionthalamus modemus, ikan
kerapu Epinepheleus fuscoguttaus, ikan
buntal Arothrun meleagris, ikan cucut
Stegostoma fasciation, kerang bulu Anadara antiquata, kerang Dentalium vulgare, keong kerucut Hepalex truncus, teripang hitam Holountira edulis, ganggang coklat Vesiculous, ganggang hijau kuning Vaucheria sessilis, dan bintang laut Prostoreaster notosus.
Saran saya adalah setelah melihat
betapa pentingnya ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang pada setiap
ekosistem ekosietem yang ada dilautan, saya berharap agar kelangsungan siklus
hidup ekosistem tersebut agar di pelihara dan dijaga oleh masyarakat dan
pemerintah demi pertumbuhan generasi selanjutnyadan kelangsungan hidup biota
biota yang hidup didalamnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Barber,
B.J.2014. Effects of elevated temperature on seasonal in situ leaf productivityof Thalassia testudinum banks ex
konig and Syringodium fliforme
kutzing. Aquatic Botany 22:61-69.
BARNARD, J.L. 2015. Key to the Hawaiian marine Gammariidae, 0-30 metre. Smithsonian contribution
to zoology, Toronto. 58:1-135.
Coles, R. G. L,
W. J. Long, R. A. Watsom, and K. J. Der-byshire. 2013. Distribution
of Seagrass and Their Fish and
Penaeid Prawn Communities in
Cairns Harbour a Tropical Estuaria,
Northern Queens- land, Australia. In
Tropical Seagrass Ecosyestems;
Structure and Dynamics in the Indo-West
Pacific. Australian Journal and Freshwater Research, 44: 193-210.
Donato, D.C.,
Kauffman, J.B., Murdiyarso, D., Kurnianto, S., Stidham, M. dan Kanninen, M.
2015.
Mangrove Salah Satu Hutan Terkaya Karbon di Daerah
Tropis. Brief CIFOR,12:1-12.
Dorenbosch, M.,
van Riel M.C., Nagelkerken, I., & van der Velde, G., 2016. The relationship
of reef fishdensities to the proximity of mangrove and seagrass nurseries.
Estuarine Coastal and Shelf Science
60: 37-48.
Endang Hilmi,
Shut dan Sunarto Budi Utoyo. 2009. Model
Hu-bungan Antara Tingkat Kerapatan Pohon Mengrove Dengan
Populasi Kepiting (Scylla
serata).Studi Kasus Ekosistem
Hutan Mangrove Kabupaten Cilacap
Jawa Tengah
Goltenboth
F, Schoppe S, Widmann P. 2012. Padang Lamun.
Di dalam: Goltenboth, F., K.H. Timotius, P. Po Milan, J.
Margraf (eds). Ekologi Asia Tenggara
Kepulauan Indonesia. Jakarta: Salemba
Teknika. hal 31-46.
Hairiah, K., dan
Rahayu, S., 2016.
Petunjuk Praktis Pengukuran Karbon Tersimpan di Bagian
Macam Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre
ICRAF Southeast Asia. Bogor.
HATANAKA, M.
andK. IIZUKA 2014.
Studies on the fish community of the Zostera
area. 1. The ecological order
for feeding in the fish group related
to the dominance species. Bull. Jap. Soc. Sci. Fish. 28: 5-16 (In Japanese, with English summary).
Heriyanto, N.M.,
dan Subiandono, E., 2017.
Komposisi dan Struktur Tegakan, Biomasa,
dan Potensi Kandungan Karbon Hutan
Mangrove di Taman Nasional Alas
Purwo. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam,9(1):023-032.
Kenyon, R,
Turnbull, C & Smit, N., 2014.
Prawns. In:National Oceans Office. Description of Key Species Groups in the Northern Planning Area. National Oceans Office, Hobart, Australia.
KIKUCHI, T. 2016. An ecological study
on animal communities of the Zostera belt
in Tomioka Bay, Amakusa, Kyusu. Publ. Amakusa. Mar. Biol. Lab. 1: 1-106.
Kustanti, A. 2015. Manajemen Hutan Mangrove, IPB Press,Bogor.
McRoy,
C.P. & C. Helferich. (2014).
"Sea Grass Ecosystem" Marcel
Dekker Inc.
New York & Basel pp. 314.
New York & Basel pp. 314.
Noor, Y.R.,
M. Khazali, I.N.N.
Suryadiputra. 2026. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
PHKA/WI-IP, Bogor. 187 Hal 8-11..
Nurdin, J.,
Supriatna, J., Patria, M.P. dan Budiman. A. 2016. The
Potential Edible Bivalvia And Its Diversity In The Coastal
Waters Of South Kabung Bay. Wes
Sumatra : With Special Case Of
Gafrarium Tomidum
Nybakken, 2016. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis Terjemahan M.
Hutomo dkk. Jakarta: Gramedia.
Hutomo dkk. Jakarta: Gramedia.
Onrizal, Simarmata,
F. SP., Wahyuningsih, H.2017.
Keanekaragaman Makrozoobenthospada Hutan Mangrove yang di rehabilitasi
diPantai Timur Sumatera Utara. Dikti, 11(2):94-103.
Poiner,
I.R. & G. Roberts,.(2015) "A brief review of
seagrass studies in Australia.
Proc.National conference and Coastal Management. 2, 243-248.
Proc.National conference and Coastal Management. 2, 243-248.
Qiptiyah, M.,
Halidah, dan Rakman, M.A., 2016.
Struktur Komunitas Plankton di Perairan
Mangrove dan Perairan Terbuka di
Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam, 5(2):137-143.
Saprudin, dan
Halidah, 2014.
Potensi dan Nilai Manfaat Jasa Lingkungan Hutan Mangrove di Kabupaten Sinjai, Silawesi Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam, 9(3):213-219.
Suwignyo. dkk.2015.Avertebrata Air Jilid 1.Penebar Swadaya: Jakarta.
Suwondo,
Febrita, T., Sumanti F. 2006.Struktur Komunitas Gastropoda Pada Hutan Mangrove Di Pulau Sipora Kabupaten
Kepulauan Mentawai Sumatra Barat,Jurnal Biogenesis, 2 (1): 2529.
Thomlinson,
P.B.2013. Vegetative morphology and meristem dependence
- the
Foundation of Productivity in seagrass. Aquaculture 4: 107-130.
Foundation of Productivity in seagrass. Aquaculture 4: 107-130.